“Warga bisa menawarkan jenis minuman, makanan, termasuk bikin souvenir seperti topi dengan pesan perlindungan mangrove ini,” Deris melanjutkan sembari menunjukkan topi bertuliskan Ekowisata Mangrove Kupang. Selain memotivasi warga untuk menjaga mangrove, Daris juga pernah berinisiatif memanfaatkan lahan kosong sekitar pantai untuk menanam kacang tanah, umbi-umbian dan berhasil.
Apa yang dirawat kelompok PSDA Oesapa ini patut diapresiasi. Di dalam areal track terlihat pohon mangrove seperti jenis Avicennia yang sangat tinggi hingga 10 meter dengan dahan dan daun yang menjuntai. Lebarnya areal ini sekitar 1 kilometer dengan ketebalan dari pantai ke laut maksimum 200 meter. Manfaatnya bisa terbaca, bagi mangrove yang tak lagi tebal ada abrasi yang hebat di selatan, sedangkan yang tebal tak terlihat pengikisan.
Untuk menyisip lahan-lahan kosong di sela pohon mangrove, telah disiapkan bibitnya. Untuk pembibitan warga Oesapa punya pengalaman. Menurut Deris, ada warga bernama Obi Geon serta Jemy yang membudidayakan anakan mangrove. Di sekitar lokasi ini terdapat pula vegetasi cemara hutan yang menambah pesonanya.
Tenaga pendamping lapangan Oesapa bernama Derry menyebutkan bahwa agenda ke depan adalah mengembangkan lokasi ini seperti yang disebutkan Deris sebelumnya yaitu menambah panjang trek dan membangun gapura di jalan darat.
Berdasarkan pengerjaan sarana konservasi dan rekreasi yang tuntas selama satu bulan, Deris optimis bisa melanjutkan pembangunan trek tambahan.
“Awalnya dikerjakan hanya 7 orang anggota kemudian beberapa warga ikut membantu. Mulai dikerjakan pada tanggal 4 November 2015 hingga awal Desember 2016 dan diresmikan oleh Walikota Kupang , 13 Februari 2016 lalu,” kata Deris. Untuk memastikan keberlanjutan program ini Deris dan beberapa anggota kelompok telah menyiapkan mekanisme agar ada fee dari pengunjung. “Sementara ini masih suka rela tapi nanti kita akan atur termasuk pengelolaan kebersihan atau sampah di sekitar lokasi ini,” katanya
“Ini akan tangan lama, kayu yang digunakan kayu meranti asal Sulawesi. Selain itu, di dasarnya kami cor dan bungkus dengan plastik, jadi kayu tak kena air,” kata suami Juvelina Umao yang juga ketua RT II/RW I, Kelurahan Oesapa.
Kris Long menambahkan bahwa semangat kerjasama di Oesapa masih sangat tinggi. “Kalau ada kerusakan dari bangunan, selain sumbangan-sumbangan kita juga akan gotong royong perbaiki, kalau dipanggil, warga pasti datang,” kata Kris. Kris juga menambahkan kalau Lurah Oesapa, ibu Vera Soe juga sering ke lokasi eko-wisata mangrove ini untuk kerja bakti.
Optimisme Deris dan Kris itu nampaknya akan jadi kenyataan. Ke depan, beragam aktivitas lingkungan, sosial, ekonomi akan paralel dengan pengelola ekowisata mangrove Oesapa ini. Hingga kini, banyak sekali warga Kupang yang datang berekreasi ke sini. “Banyak sekali, ada untuk foto pra-wedding, pengambilan gambar vocal grup, video shooting, mereka bayar hingga 100ribu sekali datang,” terang Deris.