“Antar wargalah yang mengerjakan bangunan ini, tenaga kami siapkan. Kami siap mengelolanya. Mohon bantulah dipromosikan,” pinta Nurdin (31 tahun). Pria yang lahir di Sungai Nibung ini hanya tamat SD namun merasa tak harus kecil hati menatap masa depan. Dia tertark pada pembukaan tambak namun ramah lingkungan.
“Warga Sungai Nibung mengambil inisiatif, itu kuncinya,” katanya. Sapta Putra Ginitng utusan Kementerian Kelautan dan Perikanan didapuk pula untuk memberikan sambutan.
Menurutnya, hal demikian adalah tantangan dan selama 3 tahun terakhir atas kerjasama berbagai pihak, sarana prasarana ekowisata bahari ini terbangun dengan sukses. Tak kuasa menahan haru, ada derai di matanya. Di tengah keharuan itu, dia melanjutkan sambutannya.
“Apa yang dilakukan kelompok PSDA Sungai Nibung ini mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan. Bahwa ketika mangrove dirawat dan ikan berkembang biak, hasilnya akan bisa dilihat dengan jelas. Bisa mengembangkan kegiatan kuliner, bisa pula dipasarkan ke luar daerah, mari rawat,” seru Sapta. Suaranya bergetar.
Fenomena ini jamak ditunjukkan oleh sebagian pihak bahwa pemberdayaan masyarakat adalah pepesan kosong, faktanya, apa yang terjadi di Sungai Nibung ini adalah bukti kesungguhan yang harus diapresiasi. Sapta mengapresiasi pernyataan Sekda Kubu Raya tentang pentingnya dukungan SKPD atau pihak lain dalam mengembangkan ekowisata ini, bahwa ikhitiar tak bisa berhenti setelah CCDP-IFAD ini selesai.
Bagi Sapta, termasuk kita semua, agar kebutuhan di lokasi ekowisata ini semakin lengkap, dukungan atas inisiatif kelompok pengelola sumberdaya alam Sungai Nibung ini harus dipenuhi ke depannya. Jangan biarkan layu sebelum berkembang.
“Agar tetap bertahan dan berkembang mari kita dukung dan alokasikan anggaran, melalui APBD atau sumber pembiayaan lainnya,” pungkas Sapta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H