Dekat dengan bibir pantai Senggigi nan eksotik ternyata belum memberikan rasa nyaman bagi ratusan nelayan di Desa Batu Layar Barat, Lombok Barat. Mereka merasa merana sebab akses mencari hasil laut kian sempit dan terbatas. Maraknya pembangunan fisik belaka di destinasi wisata favorit di Lombok itu belum berdampak nyata bagi komunitas pesisir di desa berpenduduk 6.299 jiwa ini.
***
“Olehnya itu, kami masukkan desa bapak-ibu ke dalam lokasi program tahun 2016 melalui CCDP ini,” kata Kadis Kelautan dan Perikanan Lombok Barat (Lobar), H. Subandi di depan dua puluhan warga desa setempat, 29/03/2016. Subandi hadir didampingi Susilawaty dan Muslim dari unit pelaksana kegiatan hasil kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan International Funds for Agricultural Development (IFAD) yang berbasis di Roma, Italia.
Tahun ini adalah tahun keempat proyek pengembangan masyarakat pesisir atau (CCDP) di Lombok Barat. Sebuah upaya mendongkrak kualitas hidup masyarakat pesisir. Sebagaimana diketahui posisi indeks pembangunan manusia (IPM) Lombok Barat relatif rendah dibanding kabupaten lainnya di Indonesia sehingga perlu didongkrak. Meski memiliki Pantai Senggigi yang menerima banyak wisatawan ternyata belum berimplikasi signifikan pada kualitas sosial ekonomi setempat.
Menurut laporan Dinas setempat, nelayan Lombok Barat dibedakan jadi tiga kategori yaitu yang bekerja di pantai; lepas pantai, dan laut lepas. Yang di pantai merupakan nelayan tradisional karena merupakan nelayan dengan alat tangkap sederhana, perahu kayu tradisional ukuran panjang 5-7 meter. Kadang hanya menggunakan layar atau kadang dengan mesin tempel/ketinting 5 PK. Alat tangkap yang dipergunakan pun hanya gillnet dan pancing dasar.
Pandangan Sang Kadis sesuai hasil survey tahunan program IFAD yang menemukan fakta bahwa para penerima bantuan terutama nelayan dan komunitas perempuan telah terdongkrak pendapatannya. Laporan survey hasil tahunan, AOS-2015 merilis; Di Lombok Barat, ikan hasil tangkapan yang semula dengan pancing hanya 1-2 kilogram setelah mendapat bantuan perahu rerata memperoleh 3-5 kilogram. Nelayan kepiting rajungan, jika sebelumnya hanya mendapat 1 kilogram, setelah dibantu bisa hingga 3 kilogram.
“Komitmen masyarakat untuk menabung mulai muncul, penerima bantuan menyisihkan 2ribu rupiah setiap berat kilogram hasil tangkapan,” imbuh Muslim yang telah mengawal program ini sejak tahun 2013. Hingga kini total tabungan keseluruhan kelompok di Lombok Barat sebesar Rp. 96,950,000,-.
Dengan memanfaatkan momentum CCDP-IFAD yang akan berlangsung hingga tahun depan ini, Pemkab Lombok Barat amat optimis dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. Dengan luas wilayah kabupaten 2.216,11 Km2 dan luas Perairan 1.382,4 km2 atau 62 %, peluang intensifikasi dan ekstensifikasi kegiatan usaha dan jasa kelautan perikanan akan sangat terbuka.
“Tahun ini kita perluas lokasi, semoga dapat meningkatkan pendapatan warga pesisir di desa baru,” seru Subandi optimis. Optimisme itu didasari antusiasme dan partisipasi warga yang tersebar ke dalam kelompok program CCDP-IFAD tiga tahun sebelumnya.