Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tantangan dari Eretan

17 Februari 2016   10:50 Diperbarui: 17 Februari 2016   11:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kalau lihat perahu-perahu di sini maka akan kelihatan kalau ukurannya sangat besar, justeru lebih maju di sini. Di sana tinggal 5 perahu besar. Banyak pemiliknya tinggal di Kulon. Itu bukti bahwa kami maju semua,” paparnya.

Seiring dengan berkembanganya nelayan Eretan Wetan, para tokoh kemudian mendirikan koperasi, tujuannya untuk melayani kebutuhan nelayan dan mengelola dana anggotanya. “Tapi yah, banyak nelayan sini ngeluh, ini surat-surat melaut diambil oleh Dinas mereka tidak bisa operasi,” imbuh Walim. Menurut Walim sejak dilarang beroperasi, sepertinya Pemerintah hendak menyengsarakan rakyat.

“Dogol itu di sini sama saja dengan cantrang di Jawa Timur. Itu bukan pukat harimau.” belanya. Menurut Walim, dogol sudah ada sejak lama dan telah memberikan kontribusi banyak bagi Pemerintah. “Kalau surat melaut dibekukan, yah, nelayan tidak bisa usaha. Kasih solusi yang baiklah. Kalau mau diukur ulang silakan,” katanya dengan suara meninggi.

[caption caption="Haji Walim"]

[/caption]

Menurut pengamatan penulis dan informasi dari Walim, sekurangnya terdapat 40 unit perahu berukuran 40 ton yang berlabuh di Eretan Kulon pagi itu. Di atas kapal ada 15 hingga 16 ABK. “Bayangkan saja berapa nelayan yang menganggur?” kata bapak dengan anak 6 dan bercucu 6 ini.

Di TPI Eretan Kulon, kapal-kapal yang sandar dan mengangkut ikan umumnya adalah nelayan dengan perahu dogol, perahu jaring dasar yang telah ada sejak 20 tahun lalu. Sudah relatif lama.  Dogol oleh Pemerintah dianggap rakus pada laut, mengambil semua yang ada, besar kecil. Cenderung menerabas seperti layaknya pukat harimau.

Seorang warga Eretan yang tak mau disebutkan namanya menyatakan bahwa beroperasinya dogol merusak jaring-jaring kepiting atau rajungan warga kecil.  “Kadang saya mau menangis kalau pas mau periksa jaring rajungan, ternyata sudah hilang,” kata pria tersebut. Menurutnya itu bukan sekali saja, namun berulang-ulang. Salah satu penyebabnya kalau banyak dogol yang beroperasi mulai mendekati lokasi-lokasi pencari kepiting dan pemancing tradisional. Kapal-kapal dogol sebagian besar berukuran besar dan dengan ukuran itu bisa dipahami kebutuhan operasionalnya.

“Biaya operasi satu unit kapal besar dogol itu sekitar 40 juta untuk seminggu operasi tapi kalau pulang bisa membawa ikan seharga 70 juta. Jadi untungnya di situ.” tambah Walim. Bagi Walim, kehidupan nelayan Eretan Wetan ini sudah tergolong bagus dan harus dipertahankan apalagi dengan adanya koperasi yang kini beranggotakan 40 orang ini. Koperasi punya asset 2 miliar dan membagi SHU cukup besar rerata Rp. 6 Juta.

“SHU dibagikan tergantung nilai simpanan dan wajib dan simpanan sukarela.” katanya. Menurut Walim, koperasi beranggotakan pengusaha-pengusaha perikanan di Eretan Kulon seperti Haji Jemblo, Haji Juanda, hingga Haji Siman. Sedangkan pendiri koperasi adalah Haji Darma, Sanudin, Kopral Kota, Pak Kawi. “Semuanya sudah almarhum, sisa saya,” katanya menyungging senyum.

Meski tidak rinci Haji Walim mengatakan bahwa selama ini operasi dan hasil nelayan dogol diatur oleh koperasi atas kesepakatan dengan anggota seperti ada pembagian hasil untuk koperasi, pemilik kapal, pesangon dan lain sebagainya. “Selain dogol nelayan pancing juga ada tapi tidak banyak palingan 40-50 nelayan pancing,” katanya.

Sebelum saya pamit, Haji Walim mengatakan bahwa usaha dogol telah memberikan manfaatkan bagi Eretan Kulon. “Dari hasil melaut, nelayan bisa bangun masjid, bikin yayasan dan pesantren di sini. Kalau tidak menjaring gimana?.” Pungkas pemilik perahu bernama Ekamina ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun