Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Siang Itu di Sunda Kelapa

8 Februari 2016   07:56 Diperbarui: 8 Februari 2016   19:44 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Matahari terus saja menyebarkan teriknya. Jalan beton yang memisahkan antara tempat bersandar kapal besi dan kapal kayu di Sunda Kelapa sesekali menyeruakkan debu saat mobil truk dan kendaraan roda 4 melintas di depan kami. Saya kemudian mengarah ke selatan, searah pintu gerbang pelabuhan. Di naung teduh buritan kapal, di lambung depan sebuah kapal pinisi saya menghampiri seorang terlihat sudah tua. Dia bertopi putih lusuh dan berbaju oranye tua.

Dia memberi senyum saat saya izin mampir. Bapak ini sedang bercengkerama dengan seorang wanita tua beraksen Jawa. Wanita tersebut menjajakan pisang serta minuman. Selain itu ada pulau makanan camilan. Sang bapak menggoda si Mpok. Dimainkannya topi caping milik wanita tersebut. Mereka terlihat akrab seperti sudah lama kenal.

Bapak tersebut, Baharuddin. Dia sedang duduk santai di naung perahu bercat oranye. Bajunya senada. Sebagaimana Talib, Baharuddin sedang menanti muatannya. Baharuddin mengaku kelahiran Kampung Bajoe, Bone, Sulawesi Selatan. Bajoe adalah kelurahan sekaligus pelabuhan penyeberangan di Kabupaten Bone. Baharuddin adalah pelaut yang seperti Talib acap ke Kalimantan dan Sumatera.

Kalau Talib beristrikan perempuan Banten, Baharuddin beristrikan orang Brebes. Menjadi pelaut bagi Baharuddin adalah panggilan jiwa. Menurutnya, sudah menjadi takdir untuk lebih banyak di atas laut ketimbang di darat. “Sejak kecil saya sudah dekat dengan laut. Sejak di Bajoe,” katanya.

Selang beberapa meter dari kapal Baharuddin, saya menyalami seorang bapak tua yang mengenakan topi berhias tiga bintang. Insting saya berkata, ini pasti dari Timur. Lelaki itu mengenakan topi hitam lusuh, nampaknya pemberian partai Gerindra. Seperti Talib yang mengenakan t-shirt warna putih, bapak yang satu ini baju putih lengan panjang tapi tak seputih baju putih yang kerap dikenakan Presiden Jokowi. Baju Sarullah, begitu nama bapak tua tersebut sudah lusuh.

Saat saya mendekat, Sarullah sedang menanti sesiapa yang hendak menggunakan perahu sampan yang dibawanya. Perahu itu pas untuk 4 orang. “Mari naik,” katanya. Saya menggeleng.  Perahunya terikat di ban pelabuhan. Tanpa mesin dan hanya bermodalkan dayung. Sudah lama Sarullah menjajakan perahu sampannya untuk dipakai yang hendak ke laut, menyeberang atau diantar ke kapal. “Sekitar sini saja. Kalau pakai mesin tidak kuat saya,” katanya dengan aksen Makassar.

Dugaan saya benar. Sarullah adalah pria yang datang dari Kampung Pallengu’ (sekarang Kelurahan Pallengu, Kecamatan Bangkala—Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan). Sarullah adalah jebolan pelayaran tradisional pinisi tahun 70-80an. Di usia begini dia hanya bisa mengayuh sampan kecil. “Saya datang ke Jawa sejak tahun 1969,” ungkap pria yang pernah 7 tahun jadi pelaut. Sarullah pernah ke Sumatera dan Kalimantan.

“Saya tinggal di Muara Baru Ujung. Anaknya saya ada 7 tapi sekarang tinggal 4. Yang tiga meninggalmi,” katanya. Dari empat orang anaknya itu, dua sudah berkeluarga, satu telah bekerja, satunya masih sekolah. “Kalau istri orang Makassarji,” kata pria yang bernama lengkap Sarullah Daeng Tahang.

 

***

Siang yang panas itu mendadak serius sekaligus menggelitik nalar saat dua orang lelaki paruh baya datang mendekat namanya Edi dan Abdullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun