Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyimak Susi di Seminar ISKINDO

7 Desember 2015   14:20 Diperbarui: 7 Desember 2015   14:59 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yah, kalau tidak bisa ditangkap ya biar sajalah.” katanya disambut gelak tawa hadirin.

Bagi Susi pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia adalah soal nation’ interest, soal dimana ada hubungan fungsional antara nelayan, baik nelayan kecil atau besar dengan alam Indonesia. Menurutnya jika nelayan punya banyak hal dari sisi sumberdaya alam laut maka itu juga akan menjadi pola relasi yang baik dan langgeng. Jadi bukan semata-mata mengeksploitasi.

“Saat ini, di laut kita sudah mulai disegani negara lain,” katanya.

Menurut Susi kesan orang dan sikap kita adalah cerminan dari mentalitas dan mindset kita. Baginya, mentalitas orang-orang berpikir besar adalah tidak berpikir terkotak-kotak, secara operasional dapat dilihat dari alur pikir sang Menteri.

“Caranya adalah membuat transportasi antar pulau jalan, hub kita tidak bisa sendiri-sendiri, Selatan Papua, Maluku ke Australia adalah jalur yang bisa dimanfaatkan.” katanya.

Berkaitan pengembangan kawasan-kawasan strategis seperti Papua dan Maluku, Susi menghendaki adanya pemanfaatan keunggulan posisional dan ragam pengalaman selama ini. Sebagai misal, dari Papua orang Freeport bisa langsung ke Cairns Australia atau ke Brisbane atau Canberra. Demikian pula dari Maluku atau Biak ke Pasifik hingga Hawaii. Susi ingin pola seperti itu menjadi trigger pembangunan kelautan, berdasar relasi eksiting.

“Kita yakin untuk membangun dari Saumlaki. Dari Saumlaki ke Darwin sekita 400 kiklometer, tetapi kalau dari Saumlaki ke Makassar (sebagai hub bisa sangat jauh sekali), skala ekonomi kecil dan rugi.” katanya. Maksudnya adalah upaya selama ini untuk menjadikan hub-hub tertentu menjadi sangat tidak ekonomis dan hanya buang waktu. Tidak efisien.

“Mengapa tidak mengekspor ikan dari Maluku atau Biak ke Pasifik? Atau ke Australia? Jepang dengan memanfaatkan pola yang sudah ada?” tanyanya. Apa yang disampaikannya ini juga relevan dengan fakta bahwa beberapa daerah di Indonesia bisa berpotensi menjadi lokasi ekspor seperti dari Sumatera ke Phuket, Jepang.

“Kenapa harus ke Makassar? Jakarta?” tanyanya.

Bagi Susi sangat terbuka kesempatan untuk memperluas jalur distirbusi perikanan, terbuka ruang untuk mengembangkan ekonomi wilayah-wilayah lain selain Jakarta dan Makassar (sebagai misal).

“Jadi untuk, to open every single gate away whether other country harus yang realistik dan bisa diakses. Silakan Sarjana Kelautan, mamakai logika relevan dengan situasi tersebut.” Pintanya. Susi ingin menunjukkan bahwa inefisiensi, kebelanjutan, perencanaan, standar usaha perikanan yang pantas, subsidi ekonomi harus menjadi cermatan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun