Di atas gerobaknya, terdapat dua tempat untuk memasak bubur. Satu berisi kacang hijau, satunya lagi ketan hitam.
Tinggal pilih. Mau dicampur atau hanya kacang hijaunya saja. Saya pilih dicampur saja, ketan hitam dan bubur kacang hijau, jangan dipisah (ntar kangen jiiiah...).Â
Jika semua bubur Pak Mahmud habis terjual, semuanya kira-kira ada 80-an mangkok. Lumayan kan?Â
Terlihat juga sebuah tempat air minum berdiri. Saya sempat minta segelas karena haus. Tapi rupanya bukan air minum. Isinya santan dari air kelapa. Campuran untuk bubur. Istri terpaksa beli sendiri air mineral di warung.Â
Satu porsi (mangkok) bubur, dijual seharga Rp7.500. Hari itu saya pesan 2 porsi, untuk saya dan istri. Sudah terbayang, Pak Mahmud bisa mengantongi uang Rp7.500 x 80-an porsi.
"Hari ini saya hanya bawah separuhnya, ya paling 40 porsi," potongnya. Artinya 40 porsi kali Rp7.500. Katanya, dia gak "ngoyo". Kalau sudah capek keliling jual bubur, ya pulang tidur.Â
Ok deh Pak Mahmud. Selamat. Semoga buburnya makin laris manis dan bisa membawa pulang "rupiah" untuk anak dan istri. Atau....nah ini. Siapa tahu ada film baru dengan serial "Pak Mahmud, Penjual Bubur Dari Bekais Yang Naik Haji". Siapa gai kan? Aamin.Â
Salam #NurTerbit
(contoh tulisan gaya feature)
Blog :