Di sebuah gang sempit di daerah Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin siang 10 Juni 2024 itu, saya bertemu dengan pria sepuh ini.Â
Ya namanya Pak MAHMUD, 63 tahun, penjual bubur ketan hitam campur kacang hijau. Dia mengaku perantau asal Cirebon, Jawa Barat.Â
"Saya perantau juga di Kota Bekasi ini," katanya, saat dia mendengar logat bicara saya. Dia mengira saya orang Batak.Â
"Bukan Pak. Saya orang Makassar".
"Sekampung dengan Pak Mochtar Mohammad dong? (mantan Wali Kota Bekasi dan kini mau maju lagi untuk Pilkada serentak 2024).
"Oh kalau Pak Mochtar dari Gorontalo. Dulu Provinsi Sulawesi Utara. Sekarang provinsi sendiri. Provinsi Gorontalo. Kalau saya Sulawesi Selatan".
"Sekampung Pak Jusuf Kalla dan Pak Habibie?". Saya mengangguk. Takut keselek bubur yang sudah di kerongkongan hehe...Â
Pak Machmud rupanya sedikit banyak tau nama tokoh-tokoh yang disebutkan di atas.Â
Tapi hari itu, saya lebih berminat mendengarkan kisah hidupnya sebagai penjual bubur yang sudah 40 tahun dia jalani.Â
"Alhamdulillah, dari hasil penjualan bubur ini saya bisa menghidupi istri dan 4 anak," katanya.Â
Pak Mahmud mengolah buburnya setelah dia beli bahan beras ketan hitam dan kacang hijau dari pasar. Sementara istrinya berjualan, membantu suami mencari nafkah.Â