"Apa Targetku untuk Ramadan 2024" kali ini? Itulah pertanyaan dari Admin Kompasiana untuk topik Ramadan Bercerita bagian kedua. Tentu target pencapaian ibadah dan muamalah selama bulan puasa.
Â
Nah, dengan topik kedua ini, tentu kembali harus ditulis di masing-masing akun pribadi sebagai bagian dari program, jika ikut aktivitas ngeblog maraton sebulan penuh di Kompasiana.Â
Artikel yang akan ditulis sesuai aturan dan ketentuannya, harus sesuai topik yang diberikan oleh Admin Kompasiana. Harus sesuai tanggal dan hari, juga tidak boleh bolong sedikit pun.Â
Bagi Bang Nur, "Targetku untuk Ramadan 2024" ini sederhana saja. Tidak muluk-muluk.Â
Pertama, tubuh dan rohani yang sehat wal afiat agar bisa lancar menjalani puasa.Â
Kedua, berharap bisa lebih meningkatkan lagi ibadah, sehingga kewajiban salat fardu 5 waktu tidak "bolong-bolong".
Ketiga, semoga ada rezeki untuk pembeli bahan berbuka, makan sahur dan "hadiah" lebaran untuk dua cucu kami yang lagi mulai berlatih puasa Ramadan.Â
*****
Bercerita soal "Target Ramadan", Bang Nur jadi teringat kembali dengan pengalaman Ramadan beberapa puluh tahun silam.Â
Ya, ketika masih setia sebagai perokok berat yang sudah berkali-kali mencoba berhenti sebagai "ahli hisap" -- istilah populer di kalangan perokok yang tukang hisap -- namun selalu gagal.Â
Kondisi paling menderita bagi seorang perokok, yakni ketika lagi begadang malam hari saat mengerjakan tugas yang menumpuk sementara rokok tinggal dua-tiga barang. Stok habis.Â
Mau ke mini market, sudah keburu tengah malam. Warung dekat rumah sudah lama juga tutup. Akhirnya tetap nekat keluar rumah mencari penjual rokok. Untungnya masih ada saja warung rokok yang buka 24 jam, meski lokasi cukup jauh.Â
Setiap kali merasa sudah siap mental dan spiritual untuk mau berhenti merokok, setiap kali itu pula selalu gagal. Kumat dan kumat lagi merokok. Apalagi kalau kebetulan kumpul-kumpul lagi dengan teman sesama perokok.Â
Awalnya, memang tidak langsung mencabut sebatang rokok dari pembungkusnya lalu disulut dengan korek api dan dihisap.Â
Tapi hanya sekadar mau coba-coba mencium bau tembakaunya. Sebatang rokok lalu ditempelkan di ujung hidung, dan menikmati aroma tembakaunya.Â
Tidak puas hanya mencium aroma tembakau, eh malah pelan-pelan melangkah lebih jauh. Membakarnya, mengisapnya, membuang asapnya lewat lubang hidung, lalu.... eh balik lagi deh merokok.Â
Suatu hari, kembali ada peluang dan kesempatan lagi untuk berhenti merokok. Sakit maag dan lambung saya kambuh.Â
Maka saat ke rumah sakit dan konsultasi dengan dokter internis, ahli penyakit dalam, inilah saran dan anjuran dokter.Â
"Hindari mengkonsumsi makanan dan minuman bergas, soda, kopi, pedes-pedes, asem-asem, masakan bersantan, dan...berhenti merokok," kata dokternya.Â
Berhenti merokok? Ya, itu kunci utamanya agar kita bisa lepas dari jerat candu rokok, sekaligus "pensiun" sebagai perokok aktif.Â
Alhamdulillah, dengan berbagai cara, usaha dan upaya, konsultasi ke mana-mana, akhirnya ketemu trik dan rahasia berhenti merokok. Di mana?
Ya. Di bulan puasa Ramadan. Di bulan suci dan penih berkah ini, selain beribadah kita juga bisa berlatih menahan lapar dan haus, sekaligus menahan bibir dan mulut kering dari cantolan sebatang rokok.Â
Alhamdulillahnya lagi, dari berpuasa selama Ramadan itu Bang Nur bisa mengurangi merokok. Kalau biasanya di luar bulan Ramadan merokok sampai 1-2 bungkus, maka di bulan puasa cukup merokok waktu selesai berbuka puasa dan usai makan sahur.Â
*****
Ya. Di bulan puasa Ramadan. Di bulan suci dan penuh berkah ini, selain beribadah kita juga bisa berlatih menahan lapar dan haus, sekaligus menahan bibir dan mulut kering dari cantolan sebatang rokok.Â
Alhamdulillahnya lagi, dari berpuasa selama Ramadan itu Bang Nur bisa mengurangi merokok. Kalau biasanya di luar bulan Ramadan merokok sampai 1-2 bungkus, maka di bulan puasa cukup merokok waktu selesai berbuka puasa dan usai makan sahur.Â
Ternyata begitu bulan puasa Ramadan berakhir, Bang Nur sudah pelan-pelan bisa terus mengurangi mengkonsumsi rokok, terus dikurangi dan dikurangi lagi, hingga akhirnya berhenti merokok sama sekali.Â
Di kalangan keluarga besar Bang Nur, tidak semua memang perokok. Mungkin karena pergaulanlah yang berpengaruh besar. Bapak juga tidak merokok meski pernah mencoba. Kakeklah yang perokok berat, bahkan hingga akhir hayatnya tidak lepas dari rokok.Â
Jadi untuk Bang Nur sendiri, ini sebuah perjalanan panjang dan perjuangan yang sangat berat untuk berhenti merokok. Alhamdulillah, lewat bulan puasa Ramadanlah menjadi pintu masuk untuk berhenti jadi "ahli hisap".
Bulan Ramadan, selain beribadah kita juga bisa berlatih menahan lapar dan haus, sekaligus menahan bibir dan mulut kering dari cantolan sebatang rokok.Â
Demikian target Bang Nur untuk Ramadan 2024 ini. Alhamdulillah soal okok sudah bebas dan sudah puluhan tahun "ditalak tiga" hehehe....tinggal dua target lagi. Yaitu berpuasa penuh selama sebulan, lebih meningkatkan kualitas ibadah selama Ramadan.Â
Target lainnya bagaimana agar bisa mendapatkan rezeki demi dapur tetap "ngebul" dan menu buka puasa dan makan sahur jadi nikmat.Â
Target tidak kalah penting semoga di bulan Ramadan ini bisa memenuhi janji memberikan hadiah kepada dia cucu Bang Nur sebagai penghargaan karena berpuasa selama sebulan penuh. Saat ini keduanya tengah dilatih oleh nenek mereka.Â
Salam : Nur Terbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H