Selain minta uang Rp2-5 juta, Si Penipu juga terkesan "memaksa". Caranya, kalau calon korban mengaku tidak punya uangSi Penipu minta dipinjamkan ke orang lain, tetangga calon jorban misalnya.
"Kalau tidak punya duit, pinjam dulu deh ke orang lain. E-banking saya error, saya punya saldo Rp3 juta, nanti sore diganti," bujuk Si Penipu.
Kakak perempuan saya di Makassar, malah membalas permintaan uang Si Penipu dengan berkelakar, bercanda.
"Aih saya tidak punya uang. Saldo tabungan saya di rekening bank kosong KODONG (kasihan, bahasa Makassar)," katanya. Hehehe...
Pengakuan dari teman yang lain, juga hampir sama. Mereka curiga karena tidak biasanya saya mau minjam uang. Sudah begitu, kata-kata Si Penipu di Whats App, sama sekali bukan "gaya" komunikasi saya. Misalnya cerita Bung Andi Bustamin Amin di Makassar.
 "Saya yakin ini pasti bukan Bang Nur Terbit. Masa' dia manggil saya Pak, padahal ada kebiasan panggilan khusus Bang Nur Terbit ke saya dalam saapan bahasa Bugis: SAPPO, artinya sahabat, teman dekat. Misalnya, 'Apa kabar SAPPO, sehat jaki Sappokku?"
Semua cerita dari teman yang jadi calon korban di atas, disampaikan ke saya melalui berbagai media, akibat aplikasi WA di handphone tidak berfungsi.
Ada melalui telepon langsung, status Facebook (FB) seperti Bung @Jho Hanes, Andi Bustamin Amin lewat  masengger. Dari Bahtiar Sanja, Yana Rusmana melalui komentar di FB, email, atau nebeng nitip pesan di WA istri seperti Ibu Yeane, Ibu Delima,
 Memang sejak WA saya "dihack", saya sementara numpang di WA istri, sekaligus HP-nya saya bawa kemana-mana.
BERBAGI PENGALAMAN ILMU