Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selain Ibu, Ini Dia 2 Wanita Hebat Kami

24 Juli 2023   23:01 Diperbarui: 24 Juli 2023   23:46 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya, anak dan istri. Bagian dari wanita hebat itu - sumber gambar: dok Nur Terbit.

Catatan Mudik (98)
2 WANITA HEBAT MAKASSAR DALAM KEHIDUPAN KAMI 

- Oleh: Nur Terbit

Hari itu Rabu pagi 24 Mei 2023, saya bertemu 2 (dua) wanita hebat, sangat berjasa dalam hidup saya, dan sudah saya anggap sebagai pengganti ibu saya almarhumah Hajjah Sitti Maryam Puang Mene.

Yaitu seperti yang ada dalam gambar, Hajjah Sitti Fatimah Puang Saming (Tante, adik kandung ibu saya) duduk sebelah kiri. Ibu dan Tante 10 bersaudara dari pasangan kakek dan nenek Haji  Muh Yusuf Puang Sau - Masuarah Puang Tanang, Imam dan Gallarrang Sudiang.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya, terutama kepada saudara laki-laki dan perempuan dari ibu saya, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat, Puang Saming tempat curhat kami bersaudara.

Buka puasa bersama keluarga besar saat mudik ke Makassar Juni 2023 - sumber gambar: dok Nur Terbit.
Buka puasa bersama keluarga besar saat mudik ke Makassar Juni 2023 - sumber gambar: dok Nur Terbit.
Sedang sebelah kanannya adalah Hajjah Sitti Hamsiah Puang Memang (kakak sulung saya, dua di atas saya). Beliau ini secara langsung menjadi "ibu rumah tangga" sekaligus "kepala keluarga" pengganti ibu kami yang wafat.


Dengan kedua tangan Puang Memang -- yang era 1970-an dulu masih lincah, bahunya masih kokoh, kakinya masih kuat. Di sanalah kami (adik-adiknya yang masih kecil) menggantungkan hidup.

Hidup dan sekolah kami adik-adiknya, dibiayai dari usaha menjahitnya siang malam. Bahkan Puang Memang rela tertidur di mesin jahit, dengan kedua tangannya sebagai pengganti bantal. Luar biasa kakakku ini.

Tante dan kakak perempuan saya (kanan) - foto dok Nur Terbit.
Tante dan kakak perempuan saya (kanan) - foto dok Nur Terbit.

Saya yang ketika itu sudah duduk dibangku kuliah (sementara 3 adik lelaki kami masih sekolah SMA, SMP, SD), saya hanya bisa membantu "seadanya" dari honor tulisan di media, jadi wartawan dan penyiar radio, sampai akhirnya saya "menyerah" dan "buang badan" merantau ke Jakarta.

Adapun foto di status FB ini, diabadikan di Bulorokeng, Kec Biringkanaya Kota Makassar di rumah tante Hajjah Puang Saming. Ini pertemuan kedua saya di rumah tersebut, selama mudik Ramadhan dan lebaran.

Sedang foto ketiga, Tante Puang Saming bersama suaminya, paman saya, almarhum Haji Muh Thahir Puang Tanjeng. Dengan paman saya satu ini, tidak kalah besar perannya dalam hidup saya pribadi.

Sejak tamat SD, saya diarahkan paman Puang Tanjeng agar melanjutkan sekolah di pendidikan agama: tepatnya Pendidikan Guru Agama (PGA, kini MAN - Madrasah Aliah Negeri). Alasannya, lebih gampang jadi pegawai negeri kalau jalur Departemen Agama (Kemenag).

Tamat dari PGA, ternyata belum ada kesempatan jadi guru meski sempat ikut test. Lagi - lagi paman Puang Tanjeng menyarankan agar lanjut kuliah di kampus yang ada prodi calon hakim (agama).

Kakak dan ponakan di acara pernikahan adat Makassar - sumber gambar: Nur Terbit 
Kakak dan ponakan di acara pernikahan adat Makassar - sumber gambar: Nur Terbit 

Kenapa hakim? Alasannya, gaji dan tunjangan hakim besar dan banyak. Hingga akhirnya masuklah saya ke Fakultas Syari'ah dan Hukum jurusan Peradilan Agama Universitas Islam Negeri (UIN, dulu IAIN) Alauddin Makassar lanjut ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Alhamdullilah, hingga diwisuda sarjana syari'ah (S1) dan lanjut ke S2 hukum di Universitas Islam Jakarta (UIJ), belum juga diangkat jadi guru dan diterima jadi hakim di pengadilan agama. Yang terjadi, malah jadi pengacara untuk kasus perceraian, selain tetap setia dengan profesi wartawan.

Yang tidak terduga, beberapa perkara perceraian yang saya tangani di pengadilan agama, ternyata ketua pengadilan dan ketua majelis hakimnya, di antaranya adalah teman kuliah saya dulu di IAIN. Baik di IAIN Makassar maupun di UIN Jakarta...hehehe...#nurterbit

Om dan Tante saya - sumber gambar: dok Nur Terbit 
Om dan Tante saya - sumber gambar: dok Nur Terbit 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun