Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wartawan Utama dengan Kartu Pers Seumur Hidup

22 Juli 2023   22:26 Diperbarui: 23 Juli 2023   06:44 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu PWI lama sebelum berlaku SEUMUR HIDUP (foto dok pribadi/Nur Terbit)

KARTU PERS PWI SEUMUR HIDUP DAN WARTAWAN LEVEL UTAMA - Catatan : Nur Terbit 

Jumat 21 Juli 2023 kemarin, saya baru sempat mampir di "markas" -- sebutan teman2 wartawan untuk kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DKI Jakarta -- di gedung Bank DKI, Jl. Suryopranoto, Jakarta Pusat.

Sekitar Januari 2023, saya datang ke "markas" untuk mengurus perpanjangan masa berlaku kartu tanda anggota (KTA) PWI DKI Jakarta saya -- status keanggotaan BIASA, yang sudah berakhir sejak Agustus 2022. Sesuai aturan, jika status anggota "biasa" maka harus diproses di PWI Pusat. Tapi tetap melalui PWI DKI Jakarta.

Umumnya anggota biasa PWI, juga sudah lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan Dewan Pers. Alhamdulillah semua level: muda (reporter), madya (redaktur), utama (pemred), sudah saya lewati. 

Ada juga teman senior lainnya, bahkan sudah level wartawan pemegang kartu NUMBER ONE disingkat PCNO = Press Card Number One. Lebih bergengsi lagi karena tanpa melalui ujian UKW, tapi sebagai penghargaan atas dedikasi dan loyalitasnya menjalani profesi wartawan selama berpuluh tahun.

Singkatnya, saya juga sekarang sudah boleh disebut anggota BIASA PWI dengan KTA ditandatangani Ketua PWI Pusa Atal S. Depari sekaligus pemegang kartu WARTAWAN UTAMA yang ditandangani Ketua Dewan Pers Prof Dr Bagir Manan sejak tahun 2012 atau 11 tahun silam ciiieeeh ....

 KTA PWI berlaku seumur hidup ditandatangani Ketua PWI Pusat Atal S. Depari (foto dok pribadi/Nur Terbit)
 KTA PWI berlaku seumur hidup ditandatangani Ketua PWI Pusat Atal S. Depari (foto dok pribadi/Nur Terbit)

Delapan bulan kemudian tepatnya Jumat 21 Juli 2023 kemarin, saya mampir lagi ke "markas". Yang ada hanya Pak Moh Gahrib, staf sekretariat PWI DKI Jakarta. Pak Gahrib sendiri sudah mengabdi sejak era Ketua Masdun Pranoto hingga Sayid Iskandarsyah sekarang ini.

+ "Bapak sendirian?"

- "Sebenarnya kami ada tiga orang staf, tapi dua diantaranya sudah pensiun. Tinggal saya sendiri".

+ Pengurus lain kemana pak?

- Nanti jam tiga, pada kumpul karena ada rapat.

Sambil menunggu KTA saya diambil dari lemari arsip, Pak Gahrib yang tinggal di Depok Jawa Barat ini menawarin saya minum. Kopi apa teh manis? "Teh manis aja pak".

- Pak Nur, kan ya?

+ Iya betul. Belum ganti nama, masih tetap yang dulu...

Kami tertawa berdua. Tapi tsk berlangsung lama. Yang terjadi, saya malah kaget saat menerima KTA PWI yang sudah diperpanjang masa berlakunya itu.

+ Seumur hidup? Apa bedanya dengan KTA teman yang lain pak yang hanya berlaku sampai 2026?

Pak Gahrib tak menjawab. Beliau mungkin tahu, kalau mau jujur untuk bilang ke saya terus terang soal umur, memang agak sensitif hehe...

- Ini artinya KTA Pak Nur gak perlu diperpanjang lagi.

+ Oh begitu ya pak.

- Teman wartawan yang perpanjang, biasanya langsung saya tandai formulirnya dengan tulisan SEUMUR HIDUP. 

*****

Datang ke "markas" PWI DKI Jakarta ini, selalu terjadi "reuni dadakan" sesama wartawan dari berbagai media. Maklum hari itu, sedang berlangsung acara orientasi wartawan untuk anggota muda PWI DKI Jakarta.

Dari pemberi materi orientasi, peserta orientasi hingga pengurus organisasi profesi wartawan tertua di Indonesia ini, Alhamdulillah masih ada yang saya kenal. Dari yang senior sampai yang yunior. Namanya juga "Wartawan Bangkotan" hehe..

Di kantor PWI DKI Jakarta ini pula, saya temukan jejak kaki sendiri sejak bergabung sebagai wartawan anggota PWI. 

Dari mulai Ketua PWI DKI Jakarta Sofyan Lubis (Pos Kota), Masdun Pranoto (Angkatan Bersenjata), Tarman Azzam (Harian Terbit), Kamsul Hasan (Pos Kota), Endang (majalah Kartini) hingga Sayid Iskandarsyah (Matahari TV) -- yang sebentar lagi juga berakhir periodenya (2024).

Bersama Ketua PWI Pusat Atal S. Depari di acara HUT IKWI Pusat.  (sumber gambar: dok pribadi/Nur Terbit)
Bersama Ketua PWI Pusat Atal S. Depari di acara HUT IKWI Pusat.  (sumber gambar: dok pribadi/Nur Terbit)

Bukan kebetulan juga, jika dalam perjalanan karier saya sebagai wartawan, banyak bersentuhan dengan PWI sebagai organisasi profesi jurnalis.

Tahun 1985-an misalnya, sudah bergabung dengan PWI DKI Jakarta Unit Walikota Jakarta Utara sebagai Bendahara, diketuai Ibu Sri (mantan penyiar RRI, terakhir wartawan kantor berita KNI).

Selanjutnya tahun berikutnya, bergabung sebagai Humas di PWI DKI Jakarta Unit Maritim, yang setiap hari liputan bidang eknomi dan perhubungan. Pos liputan utamanya "nongkrong" di pelabujan Tanjung Priok.

Terakhir 2009, era Ketua PWI DKI Jakarta Kamsul Hasan, dipercaya menjadi Ketua PWI DKI Jakarta Koordinatoriat Jakarta Timur hingga sekarang. Ya, hingga sekarang. Sebab belum ada peremajaan pengurus lagi, dan SK saya sebagai Koordinator belum dicabut PWI DKI Jakarta hehehe...

Kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers serta lulus uji kompetensi wartawan (UKW) - foto dok pribadi/Nur Terbit 
Kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers serta lulus uji kompetensi wartawan (UKW) - foto dok pribadi/Nur Terbit 

NOSTALGIA KORESPONDEN

Sekedar background cerita perjalanan dunia jurnalistik saya, selama jadi wartawan daerah di Kota Makassar Sulsel hingga koresponden koran nasional terbitan Jakarta era 1980-1984 di Harisn Terbit (Pos Kota Grup), memang sudah "hobi" merapat ke organisasi terkait perofesi wartawan.

Sebelum masuk anggota PWI, maka sebagai koresponden daerah yang berdomisil di Makassar dari Harian Terbit, koran nasional terbitan Jakarta, semua para koresponden awalnya tergabung dalam KKM (Kelompok Koresponden Makassar).

Anggota dan pengurus KKM, adalah umumnya wartawan senior yang berada di luar PWI era kepemimpinan Ketua PWI Sulsel, Rahman Arge (Pos Makassar), mantan anggota DPR RI utusan golongan (wartawan).

Antara lain: Fahmi Miala (Kompas), Yusuf Moha (Bharata), Mahaji Noesa (Selecta Grup), Charles Arstaka (Merdeka), Burhanuddin Amin (Pelita), Udhin Palisuri (Angkatan Bersenjata), Syahrir Makkuradde (Majalah Tempo), Dahlan Abubakar (Suara Karya), Muh Thahir Ramli (Harian Terbit, Pos Kota Grup).

Aktivitas saya menulis di.media terutama koran, surat kabar di mulai sejak 1975. Ketika itu belum jadi wartawan, baru SLTA, tapi sudah menulis cerita anak di surat kabar tertua dan terbesar di Indonesia Timur, yakni Harian Pedoman Rakyat, korannya Pak L.E Manuhua - Pak M. Basir sebagai pendiri.

Saya resmi jadi wartawan sambil kuliah di IAIN Alauddin Makassar tahun 1980. Bermula di SKM Mimbar Karya, Pemrednya Pak Moh Anis, satu kantor dengan harian sore Tegas, redaksi Jl. Ahmad Yani, gedung percetakan Bhakti Baru milik Alwi Hamu, yang belakangan menerbitkan koran Harian Fajar kolaborasi dengan manajemen Jawa Pos Grup.

Tahun 1982 bergabung sebagai koresponden Harian Terbit - Pos Kota Grup terbitan Jakarta. Kantor perwakilan Indonesia Timur di Jl. Penghibur, Pantai Losari, hingga hijerah ke Jakarta 1984 - 2014 bergabung dengan redaksi Pos Kota Grup.

Kini tahun 2014 - sekarang, sudah pensiun sebagai wartawan edisi koran cetak. Mulai "hidup baru" dengan mengelola media online bersama veteran wartawan bangkotan (jadoel), dan masih bertahan di Jakarta. hahahaha....

Demikian cerita ringan saya hari ini. Terima kasih PWI. Tetaplah hadir sebagai organisasi profesi yang melindungi, mengayomi serta mensejahterakan anggotanya. 

Salam #nurterbit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun