NOSTALGIA KORESPONDEN
Sekedar background cerita perjalanan dunia jurnalistik saya, selama jadi wartawan daerah di Kota Makassar Sulsel hingga koresponden koran nasional terbitan Jakarta era 1980-1984 di Harisn Terbit (Pos Kota Grup), memang sudah "hobi" merapat ke organisasi terkait perofesi wartawan.
Sebelum masuk anggota PWI, maka sebagai koresponden daerah yang berdomisil di Makassar dari Harian Terbit, koran nasional terbitan Jakarta, semua para koresponden awalnya tergabung dalam KKM (Kelompok Koresponden Makassar).
Anggota dan pengurus KKM, adalah umumnya wartawan senior yang berada di luar PWI era kepemimpinan Ketua PWI Sulsel, Rahman Arge (Pos Makassar), mantan anggota DPR RI utusan golongan (wartawan).
Antara lain: Fahmi Miala (Kompas), Yusuf Moha (Bharata), Mahaji Noesa (Selecta Grup), Charles Arstaka (Merdeka), Burhanuddin Amin (Pelita), Udhin Palisuri (Angkatan Bersenjata), Syahrir Makkuradde (Majalah Tempo), Dahlan Abubakar (Suara Karya), Muh Thahir Ramli (Harian Terbit, Pos Kota Grup).
Aktivitas saya menulis di.media terutama koran, surat kabar di mulai sejak 1975. Ketika itu belum jadi wartawan, baru SLTA, tapi sudah menulis cerita anak di surat kabar tertua dan terbesar di Indonesia Timur, yakni Harian Pedoman Rakyat, korannya Pak L.E Manuhua - Pak M. Basir sebagai pendiri.
Saya resmi jadi wartawan sambil kuliah di IAIN Alauddin Makassar tahun 1980. Bermula di SKM Mimbar Karya, Pemrednya Pak Moh Anis, satu kantor dengan harian sore Tegas, redaksi Jl. Ahmad Yani, gedung percetakan Bhakti Baru milik Alwi Hamu, yang belakangan menerbitkan koran Harian Fajar kolaborasi dengan manajemen Jawa Pos Grup.
Tahun 1982 bergabung sebagai koresponden Harian Terbit - Pos Kota Grup terbitan Jakarta. Kantor perwakilan Indonesia Timur di Jl. Penghibur, Pantai Losari, hingga hijerah ke Jakarta 1984 - 2014 bergabung dengan redaksi Pos Kota Grup.
Kini tahun 2014 - sekarang, sudah pensiun sebagai wartawan edisi koran cetak. Mulai "hidup baru" dengan mengelola media online bersama veteran wartawan bangkotan (jadoel), dan masih bertahan di Jakarta. hahahaha....
Demikian cerita ringan saya hari ini. Terima kasih PWI. Tetaplah hadir sebagai organisasi profesi yang melindungi, mengayomi serta mensejahterakan anggotanya.Â
Salam #nurterbit