Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kompasiana Hilang, Berjuta Rasanya

10 Juli 2023   23:46 Diperbarui: 11 Juli 2023   00:04 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mejeng di ulang tahun ke-14 Kompasiana (ilustrasi pribadi)

Kompasiana Hilang, Berjuta Rasanya - Catatan : Nur Terbit 

Pernah mengalami masalah ketika menulis artikel di Kompasiana? Atau akun kalian susah login, dan bahkan "menghilang"?

Nah, itulah yang saya ingin ceritakan pada artikel ini. Mau berbagi pengalaman saat mengalami masalah ketika menulis artikel di Kompasiana, susah login, dan bahkan akun tiba-tiba raib.

Cerita ini sudah pernah saya tulis di "Wartawan Bangkotan", akun Kompasiana saya yang lain, kemudian hilang. 

Tepatnya dimuat di rubrik DIARY

dengan judul: "Kompasiana Kenapa Membisu?", edisi 29 Desember 2022, pukul 07:32 WIB, diperbarui: 29 Desember 2022   07:32, 194, 3, 4 (entah kode-kode apa maksudnya pada beberapa angka terakhir tersebut).

Untungnya, naskah tulisan ini sempat saya simpan sebagai arsip sebelum diposting ke Kompasiana. Inilah kisah lengkapnya di bawah ini.

Kompasiana Kenapa Membisu?

Ibarat kita lagi mencintai seseorang yang sudah sepenuh hati, tiba-tiba menghilang dan tidak diketahui kemana rimbanya. Ketika bisa bertemu lagi, kita hanya bisa memandang dari jauh. 

Tidak bisa lagi berkominikasi, apalagi mau menyentuh tubuhnya sekedar untuk bersalaman sebagai pelepas rindu. Padahal orang yang kita cintai itu kini sudah ada di depan mata. 

Betapa tersiksanya kan? Ciieh... ciieh..Tapi sungguh, itulah yang saya alami seminggu terakhir, di penghujung tahun 2022 ini ketika saya harus kehilangan dan tidak bisa lagi login ke akun Kompasiana saya: Nur Terbit.

Sungguh. Saya merasakan kehilangan sesuatu yang sudah saya cintai sepenuh hati, dan tiba-tiba dia menghilang. Oh akun Kompasianaku, tega nian dikau meninggalkan daku?

Eh, begitu dia kembali (maksudnya tentu akun Kompasiana saya), dan saya bisa menemukan jejaknya lagi, yang terjadi kemudian adalah seperti penggalan lirik pada lagu "Balada Pelaut". 

"Kita bale ngana so laeng, Kita bale ngana so kaweng, Cikar kanan, Vaya condios cari laeng.."

Lagu daerah dari Manado, Provinsi Sulawesi Utara berjudul "Balada Pelaut" ini, diciptakan oleh Ferry Pangalila, kemudian dipopulerkan Conny Maria Mamahit. Itu hasil penelusuran saya di internet.

Sangat pas untuk melukiskan perasaan dan pengalaman saya kehilangan akun Kompasiana. Dan inilah tulisan pertama saya di akun Kompasiana yang baru: Wartawan Bangkotan, pengganti akun lama: Nur Terbit yang hilang itu.

Tulisan ini awalnya saya salurkan dalam bentuk status di akun Facebook saya : Nur Terbit, seperti di bawah ini:

Nasib...nasib. Sejak HP (handphone) dire-start karena memori sudah penuh, saya kini kesulitan login ke Nur Terbit, akun pribadi saya di Kompasiana. Berkali-kali saya coba dengan email dan password lama, tetap gagal masuk. Yang muncul, malah berubah jadi akun baru (Wartawan Bangkotan) tentu saja masih kosong tanpa satupun artikelnya.

Wartawan Bangkotan, akun Kompasiana yang hilang (repro : Nur Terbit)
Wartawan Bangkotan, akun Kompasiana yang hilang (repro : Nur Terbit)

Padahal akun lama Nur Terbit  -- di mana saya sudah bergabung di Kompasiana sejak tahun 2012 (10 tahun lalu), sudah ada ribuan artikel yang dimuat. Di antaranya sudah jadi kumpulan tulisan di buku "Wartawan Bangkotan". Kan sayang kalau tidak bisa menulis lagi. Nasib.

Sudah seminggu ini saya menghubungi admin Kompasiana via WA, tapi belum ada respon, seperti di bawah ini:

"Permisi, mau nanya dong.  Akun Kompasiana saya : Nur Terbit gak bisa dibuka. Kenapa ya padahal email dan password masih yg lama? Apa karena gara2 saya re-start hp? 

Saya sdh berkali-kali coba login, tapi malah jadi akun baru dan tanpa artikel satu pun".

Mohon solusinya.

Tks. Bang NUR TERBIT.

Apakah ada yang pernah mengalami seperti ini? Di link di  bawah ini adalah akun baru saya, sementara akun lama gak bisa registrasi atau login #kompasiana dan tak lupa saya tag kepada mas Nurul Uyuy, Kang Pepih Nugraha, Bang Iskandar Zulkarnaen.

Komentar teman Kompasianer:

Casmudi:

Sabar pak Nur. Mungkin ini ujian.

Bang NUR TERBIT: Iya betul. Ujian berat bagi saya karena harus kehilangan ribuan artikel

Andri Mastiyanto:

Clear chace search engine dulu, setelahnya baru log-in kembali Pak Nur

Bang NUR TERBIT:

Siap saya coba lagi

Taufik Uieks:

Lagi libur Natalan.

Coba emailnya mungkin salah?

Bang NUR TERBIT:

Pakai email lama, malah jadi akun baru nurterbit dotkom lalu saya edit jadi wartawan Bangkotan, malah kosong artikelnya.

Taufik Uieks:

Yang kemarin lupa password?

Bang NUR TERBIT:

Iya sudah masuk ke email lama, tapi begitu diklik, balik lagi akun yang baru

Agung Han:

(Ngirim WA Admin, sebelumnya dapat kiriman serupa dari Omjay)

Bang NUR TERBIT:

Iya tks mas Agung. Saya sdh coba hub admin Kompasiana seminggu ini, dikasih no Wa sama Omjay

Agung Han:

Sami Sami bang Nur

Bang NUR TERBIT:

Nasib...nasib. Sejak hp dire-start, saya kesulitan login ke akun Kompasiana. Berkali-kali dicoba dgn email dan password lama, tetap gagal masuk. Yang muncul, malah akun baru (Wartawan Bangkotan) tentu saja kosong tanpa satupun artikelnya.

Padahal akun lama (Nur Terbit) yang bergabung di Kompasiana sejak tahun 2012 (10 tahun lalu) sudah ada ribuan artikel. Nasib.

Apakah ada yang pernah mengalami seperti ini?

Bahkan ada yang memberi usul yang cukup ekstrim, dengan meminta saya "goodbye" dan "sayonara" aja dari Kompasiana. Seperti dialog saya di WA japrian.

+ Nulis di portal media online aja bang. Penghasilannya juga gede. Soal kehilangan akun begini gak bakal terjadi lagi. Abang bisa dapat jutaan dari nulis di media online. Bahkan ada teman sy  sebulan nulis dapat 14 juta

- Blog pribadi berarti... Untuk monetisasi bisakah rekening bank semacam BRI dan lainnya?

+ Bukan bang. Kalo blog pribadi susah dapat segitu. Yang ada pembaca tembus 100 aja perhari web nya langsung jeblok.

- Nah ini menarik, tapi media online yang mana aja yang dibayar itu?

+ Banyak bang tersebar di internet

- Contohnya dong

+ Bloger2 sekarang ini bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi yang makin kompetitip

Nulis di blog memang bisa dapat duit, tapii,,,,,kecil

Nulis di media online bukan kecil, bisa dapat sampai ratusan juta

- Japri dong

+ Nulis di kompasiana juga keren, bisa dapat duit jutaan

Kemudian akhirnya saya mencoba menjelaskan apa adanya, tentang pengalaman saya bergabung di sejumlah media online. 

Itu pasca saya pensiun dari media versi koran cetak tahun 2014 silam, setelah bergelut sebagai wartawan di surat kabar tahun 1980-an. 

Ujungnya, saya hijerah sebagai wartawan daerah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi wartawan ibukota di Jakarta dengan bergabung di kantor redaksi hingga pensiun dini Februari 2014.

+ Bang NUR TERBIT:

Iya betul pak. Saya ini kan latar belakang wartawan cetak. Banyak teman2 termasuk saya beralih ke online setelah koran berguguran.

Media online tersebut bahkan dikelola oleh grup media besar, di antaranya media online... (lalu saya menyebutkan satu di antaranya). Penghasilan belasan juta per bulan. 

Tapi jangan lupa, syarat dan ketentuannya ketat. Sehari minimal 10 berita/wartawan. Itupun tidak semua berita lolos, harus ikutan SEO. Copy paste berita lain atau nyomot foto orang, diharamkan. Kalau dipaksakan turun, medianya diblacklist Google dan tidak dapat iklan.

Tulisan
Tulisan "Kompasiana, Kenapa Membisu" di akun yang hilang (repro Nur Terbit)

Saya menulis di Kompasiana sejak 2010. Sudah ribuan tulisan, beberapa kali tulisan saya di Kompasiana menang lomba. Sekalipun K-Rewardnya masih kecil. Itu yang bikin saya sedih dan sayangkan kalau tiba2 gak bisa login lagi ke akun lama : Nur Terbit

Sudah seminggu saya hubungi admin Kompasiana via WA yang diberikan teman2. Boro2 dapat solusi, direspon aja nggak.

Saya juga sudah curhat di FB, tidak lupa saya tag ke admin Kompasiana. Hasilnya belum ada

Jadi begitulah ceritanya. Lalu saya lampirkan chat komunikasi saya via WA dengan admin Kompasiana.

Seorang Kompasianer mengingatkan, "Inilah jeleknya nulis di blog keroyokan bang. Urusan sepele gini mereka slow respon," katanya.

Dia mencoba mempropokasi saya, begini: "Potensi abang nulis berarti besar, sayang kalau potensi itu abang sia-siakan, hanya karena ketentuan nulis konten 10 perhari, padahal source konten skarang berlimpah loh". 

"Saya aja bisa nulis konten sampe 30 perhari dengan sumber kredibel dan aman, apalagi abang yang notabene mantan wartawan cetak," kata seorang teman menyemangati.

"Sedih saya dengar kalo abang andalkan satu media semata, padahal ada kesempatan besar di media online," tambah teman itu lagi.

Saya membaca sejumlah komentar teman sambil berfikir. Apakah saya harus meninggalkan Kompasiana yang sudah saya cintai sejak lama?

Lalu saya jawab seperti ini, Bang NUR TERBIT:

Terima kasih supportnya pak. Saya juga sedih, justeru 75 persen tulisan dari Kompasiana sudah jadi buku, 25 persen lainnya dari blog dan tulisan dari era media cetak

Terima kasih, salam:

Nur Terbit 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kompasiana, Kenapa Mem

bisu?", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/nurterbitdotkom/63ace00e0788a34c172fcb02/kompasiana-kenapa-membisu?page=all

Kreator: Wartawan Bangkotan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun