Betapa tersiksanya kan? Ciieh... ciieh..Tapi sungguh, itulah yang saya alami seminggu terakhir, di penghujung tahun 2022 ini ketika saya harus kehilangan dan tidak bisa lagi login ke akun Kompasiana saya: Nur Terbit.
Sungguh. Saya merasakan kehilangan sesuatu yang sudah saya cintai sepenuh hati, dan tiba-tiba dia menghilang. Oh akun Kompasianaku, tega nian dikau meninggalkan daku?
Eh, begitu dia kembali (maksudnya tentu akun Kompasiana saya), dan saya bisa menemukan jejaknya lagi, yang terjadi kemudian adalah seperti penggalan lirik pada lagu "Balada Pelaut".Â
"Kita bale ngana so laeng, Kita bale ngana so kaweng, Cikar kanan, Vaya condios cari laeng.."
Lagu daerah dari Manado, Provinsi Sulawesi Utara berjudul "Balada Pelaut" ini, diciptakan oleh Ferry Pangalila, kemudian dipopulerkan Conny Maria Mamahit. Itu hasil penelusuran saya di internet.
Sangat pas untuk melukiskan perasaan dan pengalaman saya kehilangan akun Kompasiana. Dan inilah tulisan pertama saya di akun Kompasiana yang baru: Wartawan Bangkotan, pengganti akun lama: Nur Terbit yang hilang itu.
Tulisan ini awalnya saya salurkan dalam bentuk status di akun Facebook saya : Nur Terbit, seperti di bawah ini:
Nasib...nasib. Sejak HP (handphone) dire-start karena memori sudah penuh, saya kini kesulitan login ke Nur Terbit, akun pribadi saya di Kompasiana. Berkali-kali saya coba dengan email dan password lama, tetap gagal masuk. Yang muncul, malah berubah jadi akun baru (Wartawan Bangkotan) tentu saja masih kosong tanpa satupun artikelnya.
Padahal akun lama Nur Terbit  -- di mana saya sudah bergabung di Kompasiana sejak tahun 2012 (10 tahun lalu), sudah ada ribuan artikel yang dimuat. Di antaranya sudah jadi kumpulan tulisan di buku "Wartawan Bangkotan". Kan sayang kalau tidak bisa menulis lagi. Nasib.
Sudah seminggu ini saya menghubungi admin Kompasiana via WA, tapi belum ada respon, seperti di bawah ini: