Koq wajib? Iya, sebab jika Anda menolak dan bersembunyi di manapun, tetap akan dikejar dan disuntik vaksin. Loh?
"Vaksin itu banyak untungnya. Jadi ibaratnya kalau di dunia bisnis, pemilik vaksin tidak akan berhenti menjual dagangannya karena untungnya banyak," kata dokter itu, serius.
Bahkan isu lainnya, dari pihak lain yang bukan dokter, katanya ada sertifikat atau kartu vaksin yang bisa "diperjual -belikan" sampai ratusan ribu rupiah. Ha, maksudnya?Â
Ya, karena pertimbangan ada penyakit bawaan (komorbit?) hingga takut divaksin, maka "cincailah". Dengan tanpa disuntik pun, konon kabarnya bisa memiliki kartu vaksin.
Benarkah isi itu? Ya, sudahlah. Tulisan ini bukan bermaksud membahas soal itu. Bang Nur Terbit fokus bercerita tentang mudik. Entah itu dilaksanakan menjelang puasa atau lebaran.Â
Dan, pilihan mudik Bang Nur dan keluarga kali ini (2023), adalah menggunakan alat transportasi laut. Yakni kapal laut Pelni. Mohon doanya. Alhamdulillah, tiket sudah dipegang. Kenapa memilih kapal laut dari pada pesawat terbang?Â
Selain pertimbangan aspek ekonomi, ongkos lebih murah, bisa lebih santai menikmati berlayar 2 hari 3 malam Jakarta-Makassar, juga sekaligus mau bernostalgia. Mengenang saat naik kapal laut sambil berbulan madu. Uhuk...uhuk....
Serius loh Bang Nur ini. Pada 20 Agustus 2013 atau 10 tahun lalu, saya sudah pernah menulis di Kompasiana tentang pengalaman mudik dengan kapal laut.Â
Seperti kisahnya di bawah ini semoga bermanfaat.Â
Salam : Nur Terbit #nurterbit