Suami kakak meninggal setahun lalu. Putera satu-satunya sudah berkeluarga dan pisah rumah. Celakanya anak tunggal kakak saya ini, tak bisa datang membantu. Rumahnya juga kebanjiran.
"Rumah mertuanya yang Abdi tempati lebih gawat lagi, karena di kamar tamunya air sampai tinggi betis orang dewasa. Dia janji besok pagipi bedeng baru datang," kata kakak.
Sang kakak ini menyadari kalau dirinya hidup sendirian di rumah. "Saya sendiri teruska kodong, mau apalagi, sudah takdir begini".
"Akkalisi'mi pala' bangkengku napakamma dingin," kata kakak perempuan saya lagi, dalam bahasa Makassar, artinya "sudah mengkerut telapak kakiku karena kedinginan berendam di air banjir".
SULAWESI SELATAN MENANGIS
Sejak beralih ke televisi digital, kami sekeluarga di rumah tidak pernah lagi menonton. Televisi kami masih analog alias jadoel. Tak lagi bisa nonton sinetron kesukaan istri, dan siaran berita yang rutin saya tonton.
Beberapa hari ini, baru saya tahu kalau Kota Makassar dan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan "dikepung" banjir.Â
Selain banjir, juga longsor dan sejumlah rumah hanyut. Itu terjadi setelah di beberapa kabupaten dan kota di Indonesia bagian timur ini, dilanda hujan yang diduga paling deras terjadi Kamis 18 November 2022.
Sebut saja misalnya, bencana longsor parah di Malino, tepatnya di jalan poros Kota Makassar - Kabupaten Sinjai lanjut ke Kabupaten Bone di Propinsi Sulawesi Selatan.