Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Baharuddin Aritonang dan "Anak Masjid"

5 November 2022   10:14 Diperbarui: 5 November 2022   11:04 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid sediakan kasur empuk jika ingin menginap (foto kiriman Pak Baharuddin Aritonang)

Pak Aritonang dan Cerita Saya Tentang "Anak Masjid"

Tulisan ini semula berjudul "Anak Masjid" yang saya kembangkan dari postingan di akun Facebook (FB) saya sendiri, edisi 5 November 2021 atau setahun yang lalu.

Lahirnya tulisan ini, terus terang, juga karena terinspirasi dari status FB Pak Baharuddin Aritonang, yang berkisah tentang masjid, edisi yang sama hari itu juga, diunggah ke FB 5 November 2021.

Dari tulisan saya selama ini, rupanya saya keliru menulis "mesjid" untuk kata "masjid". Padahal kata yang benar dan baku menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah "masjid" dengan menggunakan huruf "a" seperti yang ditulis pak Aritonang dalam status FB-nya.

Jadi, bila ingin menggunakan kata ini dalam penulisan, gunakanlah kata "masjid". Sebab kata yang benar dan baku adalah "masjid". Arti kata "masjid" menurut KBBI adalah: "rumah atau bangunan tempat beribadah umat Islam".

Oh iya. Dalam status FB Pak Aritonang -- beliau mantan anggota DPR-RI dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini yang rajin menulis, juga bukunya banyak -- bercerita tentang ada masjid (sudah benar penulisannya kan? masjid bukan mesjid) yang memuliakan tamu dengan menyediakan kasur empuk jika ingin menginap.

Begini cuplikan cerita Pak Aritonang yang diunggah di akun Facebooknya.

Masjid sediakan kasur empuk jika ingin menginap (foto kiriman Pak Baharuddin Aritonang)
Masjid sediakan kasur empuk jika ingin menginap (foto kiriman Pak Baharuddin Aritonang)

PADA SEBUAH MASJID

Hari ini sebenarnya banyak kisah yang menarik diceritakan. Bla..bla..bla...(Pak Baharuddin Aritonang mulai bercerita, tapi bagian masjid saja yang saya kutip, berikut ini).

".....Supaya tidak merasa ikut-ikutan, kini saya mau bercerita tentang masjid saja. Meski foto yang saya posting ini dikala jumatan minggu lalu, saya mau cerita masjid secara umum dan singkat". 

"Judulnya pun "Pada Sebuah Masjid". Menyontoh judul novel NH Dhini, "Pada Sebuah Kapal". Masjid memang akrab bagi kehidupan banyak orang.."

"Saya menulis buku "Berpuasa" yang lokusnya di masjid ketika kecil. Sedang AA Navis pernah menulis cerpen yang fenomenal berjudul "Robohnya surau kami". 

"Inspirasi masjid ini muncul, karena kemarin ada yang memposting tentang masjid yang memuliakan tamu. Menerima tamu untuk bermalam, bahkan menyediakan kasur segala". 

"Padahal banyak masjid yang membuat pengumuman dilarang tidur di masjid. Kenapa saya terkesan? Dulu ketika melanjutkan rantau dari Bandung menuju Yogyakarta, saya menghadapi persoalan seperti ini". 

"Karena tak punya sodara di Kota Gudeg itu, saya tidak punya tujuan yang jelas. Di Bandung saya akrab dengan masjid Salman, sehingga saya berniat untuk mencari masjid tempat menginap kalo sampai di Yogya (maklum kantong cekak). Untunglah akhirnya ketemu orang baik". 

"Nah, begitulah singkatnya cerita tentang masjid ini. Tentu akan semakin kaya ketika anda juga memberi sumbangan cerita. Kalau tidak, ya cukup di like saja. he...he..he..

Artikel aslinya DI SINI

ANAK MASJID

Tergoda dengan status FB Pak Aritonang, saya pun teringat masa remaja saya di kampung. Lalu menuliskannya di kolom komentar beliau seperti di bawah ini :

"Ada pengalaman saya tentang mesjid. Waktu di kampung (Makassar Sulsel) tak jauh dari bandara Internasional Sultan Hasanuddin dan saya masih muda, saya termasuk anggota remaja mesjid yang aktif. Dalam arti yang sebenarnya: "aktif tidur dan menginap" di mesjid

Kebetulan imam mesjidnya adalah kakek saya sendiri dari pihak ibu (dulu kakek selainimam masjid, juga sekalian merangkap Imam P3NTCR yang ngurusin orang nikah, talak, cerai, rujuk).

Karena marbotnya sudah "aki-aki", kami anggota remaja mesjid secara bergantian menjaga mesjid dan menginap di mesjid. Tentu pula kami ambil alih tugas marbot: adzan dan qomat saat sholat jama'ah magrib, isya dan subuh.

Yang menarik setiap kali ada peringatan hari besar Islam. Kami remaja mesjid menjadi panitia pelaksana, termasuk ketika menggelar panggung hiburan (teater, musikalisasi islami) di halaman mesjid. Remaja mesjid mengisi acara panggung tersebut.

Ketika peringatan Maulid di mesjid -- di kampung kami disebutnya "Maudu Baku", yakni dimeriahkan dengan mengirim bakul dan telur hias ke mesjid -- kembali remaja mesjid ikut berperan.

Sekali waktu, saat ramainya persaingan iklim politik, remaja mesjid "digiring" masuk ke ormas pemuda dari salah satu partai berkuasa. Dilengkapi seragam dan fasilitas lain. 

Tapi meski sudah berbaju ormas pemuda, tetaplah kami adalah "anak mesjid". Ikut memakmurkan mesjid sebagai generasi muda, kalau perlu "menginap" di mesjid hehe... 

Terima kasih Pak BA (maksudnya Baharuddin Aritonang) sudah memberikan saya ruang komentar di akun FB-nya untuk berbagi pengalaman. Salam sehat selalu ".

Pak Aritonang di antara anak masjid (foto FB Pak Aritonang)
Pak Aritonang di antara anak masjid (foto FB Pak Aritonang)

KOMENTAR BALASAN PAK BA

Wah, terimakasih pak Nur Alim Advokat (nama akun FB saya yang sudah diretas orang, maksudnya Nur Terbit) atas ceritanya yang menarik. 


Saya teringat kenalan saya yang sekarang menjadi Ketua Dewan Masjid. Kebetulan dari kampung bapak. Di daerah itu tentulah masjid begitu dimakmurkan. Saya yakin bisa ditulis menjadi buku tersendiri. 


Yang saya tulis tentang "Berpuasa", tapi lokusnya lebih banyak di masjid kecil di kampung saya. Sekali lagi, terimakasih. he...he..he..

Nah demikian tulisan ini saya buat yang terinspirasi dari status FB Pak Baharuddin Aritonang. Salam.

Web : Nur Terbit

Channel YouTube

Instagram

Twitter 

TikTok

Berikut di bawah ini salah satu video YouTube saya, mengenai "Tips | Menuntun Anak Belajar Salat Sejak Usia Dini"


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun