Kebetulan imam mesjidnya adalah kakek saya sendiri dari pihak ibu (dulu kakek selainimam masjid, juga sekalian merangkap Imam P3NTCR yang ngurusin orang nikah, talak, cerai, rujuk).
Karena marbotnya sudah "aki-aki", kami anggota remaja mesjid secara bergantian menjaga mesjid dan menginap di mesjid. Tentu pula kami ambil alih tugas marbot: adzan dan qomat saat sholat jama'ah magrib, isya dan subuh.
Yang menarik setiap kali ada peringatan hari besar Islam. Kami remaja mesjid menjadi panitia pelaksana, termasuk ketika menggelar panggung hiburan (teater, musikalisasi islami) di halaman mesjid. Remaja mesjid mengisi acara panggung tersebut.
Ketika peringatan Maulid di mesjid -- di kampung kami disebutnya "Maudu Baku", yakni dimeriahkan dengan mengirim bakul dan telur hias ke mesjid -- kembali remaja mesjid ikut berperan.
Sekali waktu, saat ramainya persaingan iklim politik, remaja mesjid "digiring" masuk ke ormas pemuda dari salah satu partai berkuasa. Dilengkapi seragam dan fasilitas lain.Â
Tapi meski sudah berbaju ormas pemuda, tetaplah kami adalah "anak mesjid". Ikut memakmurkan mesjid sebagai generasi muda, kalau perlu "menginap" di mesjid hehe...Â
Terima kasih Pak BA (maksudnya Baharuddin Aritonang) sudah memberikan saya ruang komentar di akun FB-nya untuk berbagi pengalaman. Salam sehat selalu ".
KOMENTAR BALASAN PAK BA
Wah, terimakasih pak Nur Alim Advokat (nama akun FB saya yang sudah diretas orang, maksudnya Nur Terbit) atas ceritanya yang menarik.Â