Padahal, semua persyaratan tersebut di atas untuk sebuah standar Webinar, dan tentu lumayan mahal harganya, saya tak punya. Kecuali modal handphone butut "doang" 🥱 yang saya gunakan selama ini 😁
Jadi, mohon maaf nih ya buat Anda yang mungkin pernah ikut di sesi webinar saya. Yang saya ingat di antaranya pernah jadi narasumber untuk pelatihan seputar dunia wartawan dan tulis menulis.
Misalnya, pernah menjadi narasumber di acara webinar belajar teknik menulis di media bersama komunitas Ikatan Guru Indonesia (IGI), launching buku terbitan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Adapun materi webinarnya, tidak jauh dari dunia literasi yang selama ini saya geluti. Antara lain:
"Pengenalan Dasar Jurnalistik", "Cara Aman Menulis di Media: Online, Sosial, Meanstrem", "Menemukan Ide dan Materi Menulis Artikel", "Belajar Jadi Youtuber, Blogger, Vlogger, Tiktoker", "Teknik Menulis Berita dan Artikel Hukum", "Menulis, Mengumpulkan Tulisan, Lalu Jadi Buku", dan lainnya.
Di luar itu, dari seringnya ikut webinar secara "online", terbuka peluang pula jadi narasumber secara "online". Artinya memberi materi, eh maksudnya berbagi pengalaman, secara langsung kepada audiens. Tepatnya, bertatap muka.
Alhamdulillah, dengan situasi sekarang yang kelihatannya pandemi Covid19 sudah sedikit melandai, mulai terbuka kesempatan menyelenggarakan acara secara terbuka. Termasuk pelatihan.
Karena itu, bagi saya sama asyiknya jadi peserta webinar maupun sebagai narasumber webinar atau pelatihan.
Bedanya, jadi peserta (biasanya) bayar, sedang jadi narsumber (terkadang) dibayar tapi lebih banyak gratis. Namanya saja "berbagi pengalaman" hahaha...
Salam : Nur Terbit