Sebaliknya, bagi peserta kegiatan webinar tidak mesti repot soal perangkat pendukung. Pengalaman saya selama ini sebagai peserta webinar, cukup bermodal handphone, kuota internet, jaringan aman.Â
Jika materi dari narasumber webinarnya bagus, menarik, saya bela-belain ikut webinar atau pelatihan tersebut secara "off line" langsung. Dari gratis maupun yang berbayar.
Alhamdulillah, dari seringnya ikut berbagai webinar ini, terkadang saya justeru yang malah diminta jadi narasumber di Webinar.Â
Terutama terkait materi webinar yang sesuai dengan porfesi saya sebagai wartawan, pengacara dan pegiat media sosial (medsos).Â
"Lalu apa materinya sebagai narasumber Webinar?," kata saya, suatu saat ke panitia ketika diminta jadi narasumber webinar.
"Ya, pokoknya Bang Nur bercerita apa ajalah sekitar pengalamannya di lapangan sebagai 'Wartawan Bangkotan'. Kami generasi Milenial dan kolonial pengen juga dong dibagi pengalamannya," kata panitia.
Okelah. Tapi janji ya? Kita cuma "berbagi pengalaman" bukan "mengajar". Artinya, kalau berbagi pengalaman, saya cuma "ngoceh-ngoceh" dan "ngecap".Â
Lah, namanya juga berbagi pengalaman, yang tentu tidak semua orang akan sama pengalaman hidupnya. Apalagi pengalaman yang bisa menginspirasi orang lain Iya kan?
Sementara kalau "mengajar" sebagai narasumber di webinar, akan ribet bagi saya. Kenaoa? Ya, karena harus ada materi yang tertulis, foto-foto dan slide, video, dan juga peralatan pendukung seperti laptop, mic, serta kamera yang memadai sebagai alat monitor.