"Hiduplah seperti minyak goreng. Ketika harganya direndahkan, dia memilih untuk menghilang"
Kisah Emak-emak 'Pejuang' Minyak Goreng. Apakah ini fenomena lama akibat langka dan mahalnya minyak goreng kemasan, juga banyaknya yang nimbun?
Sampai saat ini terutama di bulan Ramadhan, emak-emak "pejuang minyak goreng" di daerah-daerah terlihat masih setia antre minyak goreng curah.Â
Berikut ini saya sebagai Kompasianer berkelamin bapak-bapak, galau juga saat mencatat beberapa kesibukan emak-emak di daerah yang masih setia antre minyak goreng curah.Â
Kisah dramatis ini, saya olah dari sejumlah pemberitaan media dan curhatan para emak-emak. Baik emak tetangga, maupun emak teman setia bapak di rumah.
Diawali kisah ini di Sulawesi. Saat ini harga minyak goreng curah di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat, dijual pada kisaran harga Rp15.500 per liternya.
Ini jauh lebih murah dari harga minyak goreng kemasan yang harganya sudah menyentuh angka Rp30.000 per liter di Polewali Mandar.
Emak-emak di Polewali Mandar, kampungnya almarhum Baharuddin Lopa, mantan Jaksa Agung ini, memperebutkan 9 ton jatah minyak goreng curah di provinsi baru hasil pemekaran dari Sulawesi Selatan ini.
Konsumen emak-emak ini membeli minyak goreng curah di Pasar Sentral Pekkabata. Saat ini dijual seharga Rp16.000 per liter di atas HET (harga eceran tertinggi) yang diterapkan pemerintah. Mereka tokh tetap membelinya.
Sementara di Kota Makassar Sulawesi Selatan wilayahnya "Daeng Patompo", juga tetangganya di Kabupaten Maros daerahnya "Karaeng Turikale, Karaengna Tawu Marusuka", banyak emak-emak yang telah mengantre seharian, namun masih gagal untuk membeli minyak goreng curah berharga murah.
Para emak-emak ini antre di depan salah satu toko kelontong -- yang juga menjual minyak goreng curah -- di Jalan Veteran Utara Kota Makassar.
Antrean emak-emak ini sudah terjadi setiap hari sejak dua pekan terakhir.
Antrean emak-emak ini demi mendapatkan minyak curah yang harganya lebih terjangkau, juga langkanya minyak goreng.
Meskipun minyak goreng curah di toko kelontong tersebut sudah habis, namun para emak-emak ini rela menunggu hingga sore hari untuk mendapatkan minyak curah tersebut.
Padahal karyawan toko kelontong ini sudah memberitahu kepada para emak-emak kalau stok minyak curah sudah habis. Tapi yang namanya emak-emak tak kenal kata menyerah. Mereka tetap antre dan menunggu.
Emak-emak antre minyak goreng, juga mewarnai media sosial, di antaranya di Tik Tok.
https://vt.tiktok.com/ZSdrmpPLA/
 Tik Tok 1
Tidak kalah seru di Aceh yang dikenal dengan "Serambi Mekah" ini. Ratusan warga Meulaboh, Aceh Barat, juga rela antre dan berdesakan untuk mendapatkan harga sembako di pasar murah.
Sembako di pasar murah ini, digelar oleh Polres Aceh Barat di halaman Masjid Agung Meulaboh. Harga lebih murah Rp2.000 dari harga di pasaran.
Untuk bisa membeli sembako murah, panitia mewajibkan warga memiliki kartu vaksinasi Covid-19.Â
Jika warga memiliki vaksin pertama, maka warga hanya bisa membeli satu paket. Rencananya pasar murah ini akan digelar setiap satu pekan sekali untuk membantu meringankan beban warga.
Juga Antre Tabung Gas
Emak-emak ikut ngantre minyak goreng dan tabung gas, memang menjadi pemandangan sehari-hari belakangan ini di tanah air tercinta menyusul kelangkaan pasokan minyak goreng dan tabung gas di daerah.
Kelangkaan minyak goreng (Migor) dan tabung gas (Tagas) ini, dalam sebulan terakhir ini menjadi pemandangan sehari-hari di berbagai penjuru Nusantara.
"Karena minyak goreng jadi barang langka, emak-emak berburu minyak goreng curah bahkan tabung gas. Harga minyak goreng di pasar dijual Rp15.500 hingga Rp16.000 per kilogram," keluh emak-emak, di hampir semua daerah.
Emak-emak "pemburu" minyak goreng dan minyak curah menyusul tabung gas yang semakin langka ini, bukan hanya pedagang gorengan tapi juga mereka yang hanya butuh untuk sekedar konsumsi sendiri.
Sekedar diketahui, pemerintah mulai memberlakukan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah Rp14000/liter. Hal ini antisipasi kelangkaan minyak goreng kemasan di pasar.
Tak hanya di Polewali Mandar Sulawesi Barat dan Kota Makassar dan Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Tapi emak-emak berburu minyak goreng juga terjadi di Kabupaten Pali, Provinsi Sumatera Selatan.
Pedagang di pasar tradisional yang terkenal dengan "empek-empek" dan "Jembatan Ampera Sungai Musi" ini, mengaku sudah 1 minggu tidak mendapatkan pasokan minyak goreng dari distributor.Â
Padahal seperti diketahui, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, Jumat pekan lalu sempat menyebut tiga orang tersangka mafia minyak goreng akan diumumkan dalam waktu sepekan.Â
Ironisnya, Satgas Pangan Polri di Makassar berhasil memukan 61,18 ton minyak goreng tak sesuai distribusi. Alamak... oh emak-emak nasibmu.Â
https://vt.tiktok.com/ZSdrmn7CD/
Bertolak belakang dengan berita puluhan ton buah kurma gratis dari pemilik kebun kurma di Saudi, dibagi-bagikan ke Mekah dan Madinah selama Ramadhan.
Sementara di Indonesia pemilik kebun sawit malah nyusahin emak-emak. Bukannya dibantu, tapi dimahalin harga minyak gorengnya hingga emak-emak harus antre minyak goreng curah.
Di sela-sela antrean tersebut, terdengar dialog seperti ini :
+ Sebentar lagi juga ada impor minyak goreng hehe..
- Bisa jadi. Kata Emak dari Kebagusan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, jangan ngegoreng mulu, kan masih bisa dikukus. Kepada para babeh, jangan dihabiskan uangnya untuk beli rokok tapi belikan istri tabung pemadam hehe...
- Iye...yeee...inget ada nenek-nenek bilang gitu haha... ***
Salam : NUR TERBIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H