Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Repotnya Kuliah Tanpa Beasiswa

8 April 2022   16:27 Diperbarui: 8 April 2022   17:03 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisuda S1, berpose bersama istri tercinta (foto : dok Nur Terbit)

Status sudah bukan lagi wartawan daerah (lokal), tapi sudah jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) Jakarta. Artinya, korannya terbit dan dicetak di Jakarta, lalu diedarkan di Sulawesi terutama Kota Makassar. 

Saya selama kurun waktu 1980-1984, meliput dan mencari berita untuk dikirim ke kantor redaksi di Jakarta, dan tetap masih berdomisili di Makassar.

Lulus kuliah hanya sampai tingkat III setara akta IV. Dulu belum ada SKS (Sistem Kredit Semester). Ujian nonskripsi tapi tetap buat karya ilmiah sambil riset-riset kecil-kecilan. 

Gelarnya adalah sarjana muda Bachelor of Arts (disingkat BA), yang merupakan pencapaian tingkat sarjana muda sebelum ke sarjana lengkap (S1). Jika di IAIN atau UIN sekarang, lulusannya menyandang gelar SHi, yakni Sarjana Hukum Islam.

Sementara untuk bisa sampai ke jenjang sarjana lengkap (S1), atau sarjana Syariah/Hukum adalah perjuangan yang berliku. Akhirnya kuliah gak selesai atau gagal untuk lanjut ke jenjang S1 gara-gara sibuk jadi wartawan. Lalu tahun 1983 akhir, hijerah ke Jakarta. 

Di Jakarta tahun 1984 gabung ke grup media Pos Kota. Tahun 1987 pulang ke Makassar menikah, lalu memboyong istri ke Jakarta. Ngontrak rumah di Tanjung Priok. 

Tahun 1990 pindah ke Bekasi, sekalian menyicil rumah BTN (bayar tapi nyicil, kata Warkop DKI di film bioskop). Sambil tetap menjalani profesi wartawan, lalu mencoba kuliah lagi tahun 1995 untuk menyelesaikan S1 di IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta. 

Konsekuensinya nilai mata kuliah dikonversi dengan nilai sarjana muda BA dari Makassar, juga harus tetap mengikuti kuliah 1 tahun atau dua semester + KKN + Skripsi. Dalam perjalanan, kuliahnya mandeg lagi. Asyik berburu berita hehe...

Tahun 1997 balik kampus lagi. Sambil menyelesaikan skripsi, datang reformasi, ikut demo tahun 1998 di Senayan sambil meliput. 

Kuliah macet lagi. Nanti tahun 2004 skripsi rampung, dan diikutkan wisuda.

Kuliah macet adalah sesuatu yang akhirnya menjadi kebiasaan buruk yang tidak bisa saya hindari saat kuliah. baik di IAIN Makassar maupun di UIN Jakarta. Selain karena beban hidup sudah mulai terasa berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun