Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nikmatnya Puasa di Atas Kapal Laut

6 April 2022   17:12 Diperbarui: 7 April 2022   21:04 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narsis di kapal laut sambilenunggu waktu buka puasa (foto : dok Nur Terbit)

BULAN Ramadhan (puasa), seolah identik dengan waktunya mudik. Tradisi atau hanya sekedar pengobat rindu kampung halaman?

Banyak perantau yang sengaja memilih mudik saat Ramadhan, bahkan mudik jauh-jauh sebelumnya. Tujuannya, agar bisa lebih cepat dan lebih lama waktu berkumpul dengan sanak keluarga di kampung.

Apalagi kita tahu, sejak selama dua tahun terakhir khususnya di masa pandemi dan virus Corona menyerang negeri ini, praktis kalangan perantau sulit, atau malah tidak boleh pulang kampung.

Bahkan, pemerintah juga meminta masyarakat, terutama yang perantau baik di dalam maupun di luar negeri, untuk tidak mudik karena pertimbangan agar bisa memutus rantai penyebaran virus Corona.

Tapi untuk acara mudik tahun 2022 ini, agaknya pemerintah lebih sedikit toleransi. Boleh mudik, atau pulang kampung, asal sudah melakukan vaksin sampai tiga kali. Tidak perlu lagi PCR, antigen dan lain-lain.

Bagi kalangan perantau, mudik atau pulang kampung bisa menggunakan beberapa moda transportasi yang tersedia.

Mereka yang tinggal di di dalam negeri, atau di Pulau Jawa, cukup menggunakan transportasi darat. Seperti kereta api, bus, atau kendaraan pribadi. Lebih jauh lagi, minimal menyeberang dengan kapal feri.

Sedang bagi yang bermukim di luar negeri, atau paling tidak di luar Pulau Jawa, hanya ada dua pilihan. Yakni naik pesawat terbang yang hanya butuh waktu beberapa jam, atau kapal laut yang mesti berhari-hari.

Puasa di Atas Kapal Laut

Bagi yang merasa rempong dengan barang bawaan, atau memilih biaya yang lebih murah meskipun harus berhari-hari di perjalanan, banyak juga yang memilih angkutan laut. Tepatnya, naik kapal laut.

Selain harga tiketnya terjangkau, juga bisa membawa barang cukup banyak. Berbeda jika naik pesawat yang berat bagasi juga dibatasi. Tarif kapal Pelni dianggap lebih murah dibanding tarif KA, bus maupun pesawat.

Meskipun permintaan angkutan laut saat lebaran juga tinggi, tarif tidak naik karena tarif kapal Pelni ditentukan pemerintah, Pelni menjalankan penugasan pelayanan publik di laut.

Mereka "kaum bahariwan" ini menggunakan kapal laut dengan memanfaatkan waktu Ramadhan untuk mudik lebaran.

Kapal laut juga terkadang  memuat penumpang TKI yang ikut mudik, atau pulang kampung mau puasa dan lebaran.

Salah satu dari pemudik tersebut, tidak lain adala saya sendiri dan keluarga.

Ketika harga tiket pesawat belum terjangkau oleh isi dompetku, beberapa kali saya harus mudik ke Makassar dengan kapal laut milik Pelni disaat masih Ramadhan.

Narsis di kapal laut sambilenunggu waktu buka puasa (foto : dok Nur Terbit)
Narsis di kapal laut sambilenunggu waktu buka puasa (foto : dok Nur Terbit)
Bagaimana suasana berpuasa di atas kapal laut?

Inilah pengalaman saya dan keluarga beberapa waktu lalu, ketika melakukan perjalanan dua hari tiga malam, dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta ke Pelabuhan Soekarno Hatta Kota Makassar.

Di atas kapal laut, penumpang Muslim disiapkan jatah makan sahur dan menu buka puasa. Tak ketinggalan kue takjil.

Penumpang kapal laut juga harus memegang tiket. Tanpa tiket berarti penumpang gelap alias pelarian.

Itu sebabnya, naik kapal laut di waktu Ramadhan, punya kekhasan lain dalam hal tiket. Kenapa? tiket yang dipegang masing-masing penumpang, diberi tanda khusus berupa cap stempel bertuliskan: PUASA.

Artinya, yang bersangkutan sedang menjalankan ibadah puasa. Karenanya, mereka baru bisa  antre mengambil jatah makan pada Subuh hari.

Atau nganter makan sebelum dan menjelang waktu imsak serta pengambilan jatah makan pada saat berbuka puasa di waktu Maghrib.

Cara pengaturan dan penjadwalan jatah makan penumpang kapal laut ini, maksudkan agar jatah makan di atas kapal, tidak sampai dobel dengan mereka yang tidak puasa.

Atau mungkin karena sesuatu hal hingga tidak bisa berpuasa pada siang hari. "Sebab bila tidak diatur, wah bisa bangkrut dong Pelni, hehe...," kata salah satu awak kapal PT Pelni, sambil bercanda.

Selain di tempat khusus di atas kapal, seperti "Pantri" untuk tempat pengambilan jatah makan bagi penumpang, juga terdapat kantin kapal di setiap dek atau di anjungan bagian buritan kapal.

Kantin tersebut menyiapkan kue-kue  dan makanan, tentu saja dengan harga spesial. Mie instan, atau kopi, tentu jauh lebih mahal dibanding warung di pojok jalan di perumahan.

Kapal laut Pelni yang rata-rata hanya berkapasitas 1000 orang penumpang, pada bulan Ramadhan khususnya saat angkutan mudik lebaran jumlah penumpang bisa meningkat tajam. 

Itu nikmatnya kalau puasa di atas kapal laut. Beda lagi serunya kalau naik kapal laut sambil berbulan madu. Itu juga sudah saya pernah lakukan. Bisa dibaca tulisan saya di Kompasiana sebelumnya di sini: Bulan Madu di Kapal Laut, Pengalaman Mudik

***

Salam : 

NUR TERBIT (Wartawan Bangkotan)

Instagram: Nur Terbit

Blog: www.nurterbit.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun