Kalau topik pertama yaitu "Wartawan Tanpa Suratkabar", jika disingkat akan menjadi WTS, atau wartawan Bodrex, wartawan abak-abal, menurut saya konotasinya bisa negatif. WTS, sudah "merk dagang" pihak lain. Yakni (maaf), singkatan dari Wanita Tuna Susila. Atau sebutan halusnya PSK, alias Pekerja Seks Komersial
Lagi pula di era digital ini, sudah tidak cocok menggunakan istilah wartawan tanpa suratkabar. Ataupun wartawan Bodrex yang meniru iklan obat sakit kepala itu. Kenapa? Ya, dunia surat kabar sendiri sudah mengalami senjakala. Sudah pada mati.Â
Atau setidaknya, "hidup segan mati tak mau". Kalau pun masih ada koran beredar, kata teman yang wartawan senior, lebih banyak wartawannya dari pada oplah korannya. Jadi koran itu mencoba tetap eksis, tapi hanya sekedar bertahan demi gengsi, dan tentu pertimbangan faktor nilai sejarah dari media tersebut.
Mereka gak dibredel atau diberangus oleh penguasa. Tapi "memberanguskan diri" sendiri. Satu demi satu koran berguguran. Mereka beralih ke versi digital alias media online. Sudah banyak bukti "wassalam" yang bisa diambil sebagai contoh.
PENSIUN TAPI TETAP MENULIS
Agak repot memang untuk menggambarkan sosok seorang "pensiunan" wartawan, atau wartawan yang sudah menjalani masa pensiun. Gampangnya, ya contohnya saya sendiri deh. Sudah pensiun dalam arti tidak ke kantor dan ke lapangan lagi mengejar berita dan narsumber. Pensiun tapi tetap menulis.Â
Memasuki masa pensiun, setiap orang mengalami banyak perubahan dalam hidup. Itu sudah pasti. Dari segi penurunan aktivitas, penghasilan, produktivitas, dan masih banyak lagi. Ini saya kutip dari pengantar TOPIK PILIHAN dari admin Kompasiana.
Bahkan, rasa sedih, kesepian dan kekhawatiran pun kerap menghantui. Jika tak dikelola dengan baik, dapat berakibat stres, tak bersemangat, dan putus asa. Lantas tubuh kian lemah dan mudah sakit.
Kalau sudah begini, apa yang harus kita perbuat?
Kalau saya sih, ya seperti yang saya ceritakan di atas. Mencari kesibukan.yang tidak jauh-jauh dari dunia saya sebelumnya. Yakni dunia tulis-menulis. Pensiun tapi tetap "sibuk" bekerja dengan menulis dan mengirimkan ke media.
Baca Juga : Cerita di Balik Penulisan Buku Wartawan Bangkotan