PENATARAN P4 CALON PENATAR
Sekitar Juli 1988, atau 33 tahun lalu, saya mengikuti penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) Tingkat Nasional Pola Calon Penatar Bagi Ormas Angkatan LXXIX.Â
Penataran berlangsung di kantor Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) Pusat, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat.
Di gedung yang kini jadi satu dengan kantor Kementerian Luar Negeri tersebut, peserta dari seluruh Indonesia ditatar selama 20 hari. Dimulai dari 21 Juni - 11 Juli 1988. Piagam Penatarannya ditandatangani Kepala BP-7 Pusat, saat itu dijabat Bapak Oetojo Oesman, SH.
Sebagai wartawan Harian Terbit (ketika itu), saya mewakili organisasi profesi (ormas) dari Persatuan Wartawan Indonesia DKI Jakarta (PWI Jaya). Walau untuk pertama kali ditatar, eh langsung ikut sebagai peserta calon penatar tingkat nasional. Keren kan...
Angkatan saya waktu itu antara lain, Pak Syamsudin, ketika itu masih anggota DPR dari Fraksi ABRI (sekarang TNI), juga sekaligus ketua kelas kami di tempat penataran. Beliau selain Ketua Fraksi ABRI DPR-RI era Soeharto, juga mantan pejuang Timor-Timur
Jadi kalau ada orang -- yang belakangan teriak-teriak dan mengaku..."Saya Pancasila!!.." -- ya, saya sih gak heran. Malah curiga. Apakah Anda sudah pernah ikut penataran P-4? Mana piagam Anda? Jangan-jangan cuma .....ah sudahlah!Â
ERA SOEHARTO SANGAT MASIF
Ada cerita menarik dari Wakil Ketua MPR Mahyudin. Dulu katanya, saat baru masuk kuliah, mahasiswa baru diberi Penataran Pancasila selama 100 jam atau dua pekan.Â
"Dulu yang mengkoordinasi Penataran Pancasila adalah BP7," kata Mahyudin, di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/10), seperti dikutip Republika.co.id
Namun sayang, katanya, di awal reformasi BP7 dibubarkan. Akibatnya, Penataran Pancasila tidak ada lagi. Pembubaran BP7 karena pada masa Orde Baru banyak ditengarai Pancasila dijadikan alat kekuasaan.
"Orang yang kritis pada masa itu ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan melanggar Pancasila," kata Mahyudin.
Pada masa Reformasi, orang menyadari pentingnya Pancasila. Sebab, ternyata yang salah bukan Pancasila, tetapi yang menyalahgunakannya. Mahyudin menilai, sosialisasi Pancasila pada zaman Presiden Soeharto dilakukan sangat masif.
Menurutnya, Pancasila dibutuhkan oleh orang Indonesia, karena digali dari bumi Indonesia.
Nah, gitu saja. Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni.Â
Salam : Nur Terbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H