Saya sengaja menggunakan judul "Rekreasi Literasi ke Pantai Reklamasi" di tulisan ini, bukan tanpa alasan. Kenapa?
Itu karena perjalanan ini, menurut saya, bukanlah acara survei apalagi sidak. Saya menikmatinya betul-betul sebagai rekreasi atau istilah asingnya tour. Ya rekreasi gaya blogger penulis Kompasiana (benar gak ya? hehehe..).
Boleh setuju, atau tidak sependapat dengan saya. Sebab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Rekreasi (bahasa Latin, re-creare) secara harfiah berarti 'membuat ulang', adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang.
Jadi menurut saya, kegiatan ke pantai ini memang umum dilakukan untuk rekreasi seperti pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Pokoknya, sesuatu yang menggembirakan hati deh.
Adapun kenapa saya gunakan kata "literasi", tentu saja karena ini berkaitan dengan pelatihan menulis -- plus rekreasi ke pantai -- yang digagas Click Kompasiana kerja bareng Persatuan Penulis Indonesia (PPI).
Kata "literasi" sendiri -- masih menurut KBBI -- adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Apa pula dengan arti "reklamasi" Menurut Undang-Undang, definisi reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
Sehari sebelum mengikuti wisata ke pantai ini, saya belum tahu di mana lokasi Pantai Maju itu? Panitia sempat meralat kata "pantai" yang semula memakai kata "pulau" : Pulau Maju.Â
Itu berlanjut hingga esok harinya. Saat sudah diatas bus yang membawa rombongan 45 Kompasianer menuju lokasi. Saya tertidur sepanjang jalan. Dari Graha Wisata TMII. Bangun-bangun sudah masuk kawasan pantai reklamasi, di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
Ngeblog di Tepi PantaiÂ
Mampir ke kawasan Kapuk, ingatan saya kembali ke era 1980-an. Ketika itu Kapuk, tepatnya Kapuk Muara, masih hutan lindung penuh tumbuhan mangrove, dan saya masih reporter salah satu koran sore Jakarta.Â
Bersama teman jurnalis lainnya, kami melakukan investigasi. Itu terkait adanya rumor bahwa hutang lindung ini akan disulap jadi tempat hunian mewah. Burung bangau dan hewan lainnya bakal punah kehilangan habibatnya.
Entah, karena gencarnya pemberitaan kami di media masing-masing, atau memang sudah waktunya terbongkar, rumor itu ternyata ada benarnya. Salah satu oknum Kepala Dinas yang membawahi hutan lindung Kapuk, masuk penjara karena terlibat kasus.
Wilayah Kapuk yang akhirnya kini sebagian jadi pemukiman mewah itu, kembali jadi perhatian publik dengan adanya proyek reklamasi. Polemik pun ramai. Diberitakan media kalau berlangsung proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta.Â
Belakangan berita itu "diluruskan" bahwa ada kesalahpahaman yang terjadi di kalangan masyarakat akan proyek reklamasi yang dikembangkan oleh Pemerintah DKI Jakarta bersama mitra kerjanya itu.Â
Versi Pemprov DKI, mereka melihat beban Ibukota dengan populasi pertumbuhahan penduduk yang begitu pesat di setiap tahunnya, mengakibatkan meningkatnya permintaan akan hunian yang memadai dan nyaman di tengah hingar bingarnya kesibukan kota Jakarta.
Dalam membenahi dan menata kotanya untuk lebih baik di masa – masa yang akan datang, solusinya melalui reklamasi pantai. Lahan untuk pemukiman warga di Jakarta sudah sangat terbatas.
Faktanya yang kami lihat pagi itu, kawasan pantai PIK ini sudah jadi "daratan", setidaknya di Pantai Maju, salah satu pantai reklamasi yang kami kunjungi. Saya kemudian mengambil video (nge-vlog), seperti yang sudah tayang di channel YouTube saya: Nur Terbit
 Jalan, jembatan, ruko, rumah tinggal, sudah siap digunakan. Termasuk sarana transportasi seperti bus Transjakarta berseliweran di lokasi.
Pelatihan di Graha Wisata TMII
Hallo Clickers, Masih punya semangat untuk menulis?
Tantangan itu datang dari Mbak Muthiah Alhasany, Admin Click Kompasiana, tempat ngumpul para Kompasianer atau penulis Kompasiana.
Clickers adalah sebutan bagi anggota Click, komunitas pengguna kereta commuter line yang suka menulis di Kompasiana.
Mah, Click bersama Persatuan Penulis Indonesia (PPI) yang dikomandoi oleh Bang Thamrin Sonata dan Bang Isson Khairul, dibantu Youtuber Yon Bayu, menggagas acara seru ini. Bukan kebetulan kalau keempatnya adalah memang Kompasianer senior.
Siapa takut dengan tantangan Mbak Muthiah dkk ini? Begitu bathin saya. Maka, sambil melupakan kekecewaan saya karena gagal ikut kopi darat (kopdar) Click sebelumnya di Puncak Bogor dan Marunda Jakarta Utara, saya bertekad bagaimana pun, saya harus hadir di acara "reuni" Kompasianer kali ini di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.
Bagaimana keseruannya di TMII? Saya sudah tulis DI SINI. Tapi ada yang lupa saya ceritakan. Ternyata peserta yang hadir bukan hanya Kompasianer dari provinsi DKI Jakarta, Jabar (Bandung, Karawang, Cianjur, Bekasi, Depok) dan Tangerang, Serpong (Banten).
Tapi juga, ada blogger Anging Mammiri sekaligus Kompasianer dari Kota Makassar (Sulsel). Setelah menyelesaikan kuliah S1 di Kota Daeng, lalu "pulang kampung" kembali ke tanah kelahirannya di Bekasi. Dia adalah Fifi Harfiah, yang tak lain adalah putri saya, hasil "kolaborasi" dengan Bunda Sitti Rabiah, hahaha...
Tantangan Mbak Muthiah, memang gak main-main. Juga tidak tanggung-tanggung. Lewat Clickompasiana, digelarlah acara pelatihan menulis bersama narasumber yang kompeten. "Di sini teman-teman bisa memperdalam kemampuan menulis sesuai dengan passion masing-masing," kata pengamat dan pemerhati masalah Turki ini.
Dua hari yang sungguh berkesan: Jumat - Sabtu tanggal 2 s/d 3 Agustus 2019, berlangsung di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kesan lain yang tak kalah menarik, disediakan tempat menginap. Sudah gratis, dapat ilmu pula bagi 50 orang peserta yang terdaftar.
Sesi satu di hari pertama : pukul 14.00 s/d 16.00, "Kelas Menulis Fiksi bersama Fanny Jonathan Poyk (sastrawan).
Sesi kedua: pukul 16.15 s/d 18.15. "Apa dan Bagaimana Literasi Digital" bersama Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet), Co-founder Kompasiana.
Sesi ketiga: pukul 19.15 s/d 21. 15. "Kelas Menulis bidang Ekonomi" bersama Isson Khaerul, Direktur Program PPI (Persatuan Penulis Indonesia).
Hari kedua Sabtu, 3 Agustus 2019, "Jalan jalan ke Pulau Maju", salah satu "pulau" hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Lokasinya di daerah Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara.
Saat membaca nama belakang dari pemateri "Kelas Menulis Fiksi" ini, Fanny Jonathan Poyk, saya agak curiga jangan-jangan masih ada hubungan keluarga dengan Pak Gerson Poyk, senior saya di dunia wartawan?
Eh, ternyata benar. Maka ketika sesi tanya-jawab dan saya diberi waktu bertanya, saya seolah sedang "bernostalgia" kembali dengan almarhum Pak Gerson Poyk. Meski hanya melalui puterinya, mbak Fanny ini.
Sekedar informasi, saya sudah lama mengagumi tulisan Gerson Poyk. Salah satunya, ketika beliau menulis laporan perjalanan jurnalistik di Majalah Sarinah, "Menyelusuri Jalan Deandeles, Dari Anyer - Panarukan". Tulisan istimewa tersebut, sampai saya foto copi lalu diklipping. Kenapa istimewa, ya karena berhasil meraih hadiah Adinegoro, penghargaan tertinggi bidang jurnalistik bagi wartawan yang berprestasi.
Makanya, saya tidak meragukan kemampuan mbak Fanny saat memberikan tips menulis cerpen dan berbagi soal dunia kepenulisan secara umum. Bahkan, saya malah "curhat" kepada cerpenis dan novelis ini. Itu karena sering kesulitan mengatur pola penokohan setiap kali menulis cerpen hehehe...
"Boro-boro menulis novel yang panjang, menulis cerpen atau cerita pendek aja saya gak becus, hahaha.." kata saya, terus terang. Semua yang hadir tertawa. Apalagi, ketika saya meminta pendapatnya, "apakah honor menulis cerpen cukup menjanjikan?". Ya, cukuplah. Sudah sebanding jika menghadiri dua-tiga kali review produk, atau liputan acara blogger hehehe...
Selanjutnya, saya lebih banyak "mengorek" rahasia penulis cerpen, novel dan juga pegiat literasi ini membagikan ilmunya kepada kami, para peserta. "Saya banyak banget dapat ilmu dari ibu Fanny," kata Bowo Susilo, blogger milenial yang juga Kompasianer.
Menulis novel atau cerpen, kata Mbak Fanny, menulis harus dikerjakan dengan sepenuh hati jika ingin tulisan kita berkualitas. Juga harus dibikin semenarik mungkin agar pembaca puas mengikuti alur jalan ceritanya.
Mbak Fanny, menulis harus dikerjakan dengan sepenuh hati jika ingin tulisan kita berkualitas. Juga harus dibikin semenarik mungkin agar pembaca puas mengikuti alur jalan ceritanya.
Karena itu, harus ditentukan judul cerita yang terkait dengan isi cerita tersebut. Selanjutnya, harus dipilih tema yang menarik, dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Tak kalah penting, yakni menetukan kerangka cerita yang runut, berkesinambungan dari awal hingga akhir. Tujuannya agar mudah melanjutkan pembuatan cerpen tersebut. Tidak kemana-mana tapi tetap fokus pada kerangka cerita.
Memperbanyak kosakata, juga disarankan mbak Fanny dalam menulis cerpen.atau novel. Antara lain banyak membaca buku. Dengan banyak membaca buku tentu akan banyak kata yang sering dibaca dan mudah diingat serta dimengerti. Â
Pembicara berikutnya, Iskandar Zulkarnaen atau sering disapa Bang Isjed, tampil di sesi kedua. Salah satu pendiri Kompasiana ini membawakan materi tentang Konten Marketing. Dilanjutkan materi bagaimana menulis masalah ekonomi oleh Isson Khairul.Â
Dengan Bang Isjet, saya lebih banyak bertukar pengalaman saat sesi tanya jawab. Untungnya "curhatan" saya direspon oleh beliau.
Beda lagi saat Bang Isson Khairul menyampaikan materinya. Konsentrasi saya mulai terganggu dan terpecah. Maafkan Bang Isson jika materi abang tidak banyak saya catat di sini. Ampun senior hehehe..
Itu gara-gara ada tugas dari Mas Yon Bayu. Youtuber sekaligus Kompasianer produktif ini -- juga berstatus duda ini -- memberikan tantangan baru.
Apa itu? Lomba berhadiah uang kontan, menulis on the spot pengalaman mengikuti pelatihan.dari siang hingga Magrib. Waktunya 2 jam, langsung diumumkan pemenangnya. Alhamdulillah, saya gak menang hehe...
Nah, begitulah tulisan reportase saya. Semoga bermanfaat. Sungguh saya masih berharap, bisa ikut lagi di event berikutnya dari Click Kompasiana maupun dari PPi ini.Â
Salam Kompasianer. (Nur Terbit)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H