Mampir ke kawasan Kapuk, ingatan saya kembali ke era 1980-an. Ketika itu Kapuk, tepatnya Kapuk Muara, masih hutan lindung penuh tumbuhan mangrove, dan saya masih reporter salah satu koran sore Jakarta.Â
Bersama teman jurnalis lainnya, kami melakukan investigasi. Itu terkait adanya rumor bahwa hutang lindung ini akan disulap jadi tempat hunian mewah. Burung bangau dan hewan lainnya bakal punah kehilangan habibatnya.
Entah, karena gencarnya pemberitaan kami di media masing-masing, atau memang sudah waktunya terbongkar, rumor itu ternyata ada benarnya. Salah satu oknum Kepala Dinas yang membawahi hutan lindung Kapuk, masuk penjara karena terlibat kasus.
Wilayah Kapuk yang akhirnya kini sebagian jadi pemukiman mewah itu, kembali jadi perhatian publik dengan adanya proyek reklamasi. Polemik pun ramai. Diberitakan media kalau berlangsung proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta.Â
Belakangan berita itu "diluruskan" bahwa ada kesalahpahaman yang terjadi di kalangan masyarakat akan proyek reklamasi yang dikembangkan oleh Pemerintah DKI Jakarta bersama mitra kerjanya itu.Â
Versi Pemprov DKI, mereka melihat beban Ibukota dengan populasi pertumbuhahan penduduk yang begitu pesat di setiap tahunnya, mengakibatkan meningkatnya permintaan akan hunian yang memadai dan nyaman di tengah hingar bingarnya kesibukan kota Jakarta.
Dalam membenahi dan menata kotanya untuk lebih baik di masa – masa yang akan datang, solusinya melalui reklamasi pantai. Lahan untuk pemukiman warga di Jakarta sudah sangat terbatas.
Faktanya yang kami lihat pagi itu, kawasan pantai PIK ini sudah jadi "daratan", setidaknya di Pantai Maju, salah satu pantai reklamasi yang kami kunjungi. Saya kemudian mengambil video (nge-vlog), seperti yang sudah tayang di channel YouTube saya: Nur Terbit
 Jalan, jembatan, ruko, rumah tinggal, sudah siap digunakan. Termasuk sarana transportasi seperti bus Transjakarta berseliweran di lokasi.
Pelatihan di Graha Wisata TMII
Hallo Clickers, Masih punya semangat untuk menulis?