Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Kabar Penulis Pemilu Damai?

30 Juli 2023   14:23 Diperbarui: 1 Agustus 2023   10:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan pelatihan menulis bagi blogger di Makassar Sulsel 2015- sumber gambar: dok pribadi Nur Terbit.

Menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, perlu tercipta suasana aman, nyaman dan damai di negeri ini. Terutama dalam hal berita media dan warganet terkait Pemilu.

Bagaimana dengan para penulis Indonesia? Kata Kang Pepih Nugraha, diharapkan memang penulis Indonesia mampu menyajikan hal-hal benar dan positif. 

Penulis tidak boleh hanya berkutat pada apa yang akan diperoleh atau menguntungkan diri sendiri, melainkan harus bisa memberi lebih demi kebaikan orang lain.

Selain Kang Pepih, hadir juga memberikan materi Zulfikar Akbar, wartawan dan peraih predikat Kompasiana of The Year, serta Elli Salomo aktivis 1998.

Nah, apakah perlu dibentuk kelompok lagi seperti yang pernah saya tulis di Pep News : "Penulis Untuk Pemilu Damai" menyongsong pesta demokrasi di Pemilu 2024?

*****

Dunia sudah terbalik. Di era di vital sekarang ini, cara pandang orang dalam melihat satu tulisan atau berita di media, sudah berubah seratus persen. Bahkan sudah lebih 100 persen. Kenapa?

Sebab sekarang ini, orang tidak lagi melihat siapa penulis dari satu artikel, tulisan atau berita. Juga tidak melihat lagi apa nama media yang memuat tulisan tersebut. Lalu?

Ya, orang-orang hanya akan melihat dan sering menanyakan, sudah di-share berapa kali tulisan itu? sudah berapa kali dibaca dan berapa follower penulisnya? Jadi, sudah terbalik, bahkan terbolak-balik, dari cara pandang selama ini.

"Nah di sinilah posisi penulis bisa mengambilalih peran tersebut. Penulis punya kesempatan untuk memviralkan tulisannya," kata Kang Pepih Nugraha, CEO Kompasiana suatu hari.

Jika dikaitkan dengan situasi sekarang di era digital ini, apa yang disampaikan oleh founder PepNews dan Kompasiana ini, tentu ada benarnya. Betapa banyak tulisan, artikel, berita dan apa pun namanya, sudah bertebaran di sekitar kita.

Coba saja sempatkan buka smartphone Anda sekarang. Buka media sosial, tengok aplikasi yang Anda gunakan untuk berkomunikasi. Tidak terhitung informasi bisa didapatkan. Ribuan bahkan jutaan, muncul dan semarak bak cendawan di musim hujan.

Jika Anda rajin berselancar, juga akan menemukan bermacam informasi. Baik melalui jaringan pribadi, media arus utama, termasuk media online. Dari media yang sudah berbadan hukum maupun media "kaleng-kaleng" yang hanya muncul karena mengikuti trend.

Meski sudah tidak terhitung jumlah tulisan, berita dan informasi tersebut, tapi secara keseluruhan ada hal yang mirip di antara satu sama lain. Yakni tema, topik dan isinya sama. Paling tidak, mirip-mirip dari sisi pesan yang disampaikan.

Dan kalau itu kebetulan yang memuat adalah media, maka media tersebut menulis informasi yang sama. Sama-sama ditayangkan di waktu yang sama dan seragam. 

Di dunia jurnalistik, berita seragam seperti ini dikenal dengan informasi yang di-"kloning", "kopi paste" secara berantai sesuai kepentingan dan kebutuhan masing-masing.


"Tapi kalau misalnya netizen, pewarta warga, atau mungkin emak-emak yang menulis, pasti jadi lain. Sudut pandang penulisan tentu berbeda dengan media yang ada. Nah, begitulah pengaruh kehadiran penulis," kata Kang Pepih.

Saya bersama Kang Pepih (kiri) di satu acara Kompasiana di Bank Indonesia (dok pribadi : Nur terbit)
Saya bersama Kang Pepih (kiri) di satu acara Kompasiana di Bank Indonesia (dok pribadi : Nur terbit)


Deklarasi Penulis

Kini Pemilu 2024 kian dekat. Suasana politik sudah mulai memanas. Para pendukung sudah saling pamer jagoannya. Begitu juga bakal calon presiden dan wakilnya (Bacapres dan Bacawapres), sudah bersosialisasi sekaligus tebar pesona.

Setidaknya sekarang ini sudah ada 3 Bacapres yang menyatakan diri maju dan diusung oleh partai masing-masing. Yakni Anies Baswedan (Partai Nasdem), Ganjar Pranowo (PDIP) dan Prabowo Subianto (Partai Gerindra).

Dari cerita sedikit panjang lebar di atas, mengingatkan saya ketika Kang Pepih sebagai inisiator dari acara deklarasi "Penulis Untuk Pemilu Damai" di Hotel Santika, Jakarta, Minggu 18 Februari 2019 silam.

Maka sejak jauh-jauh hari itulah (waktu Pemilu 2019) di mana Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin kemudian menang sebagai Presiden dan Wakil, saya ikut diundang bergabung di kelompok "Penulis Untuk Pemilu Damai" tadi.

Acara bertajuk "Lawan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme" ini digagas oleh PepNews, di mana sebagian besar para penulis yang hadir di acara tersebut, bernaung di dalam PepNews.

Maka di acara yang dihadiri sekitar 30 penulis yang tinggal di wilayah Jabodetabek dan dari daerah itu, Kang Pepih mencoba mengetuk hati para penulis bagaimana dahsyatnya kemampuan dan pengaruh jari-jari mereka jika menulis.

"Paling tidak, kemampuan Anda semua sebagai penulis yang mencoba mau saya tampung di PepNews, rumah netizen dengan tulisan yang santun," kata penulis sejumlah buku teknik menulis untuk citizen jurnalis ini.

"Ini adalah langkah awal", kata si Akang. Jumlahnya ada 30 orang penulis yang terdaftar sebagai langkah awal. Kang Pepih menganalogikan ke-30 penulis ini sebagai "pengikut awal" seperti di zaman perjuangan Nabi Muhammad.

Menyinggung PepNews, Kang Pepih sebagai pendiri blog keroyokan Kompasiana, menyebut PepNews sebagai "rumah baru" para netizen, diakui sebagai sebuah institusi yang baru lahir. Baru belajar.

Tapi mantan wartawan Harian Kompas ini juga meyakini, bahwa penulis yang sudah bergabung di PepNews, semuanya sudah tergolong siap pakai. Artinya semua yang hadir juga sudah penulis.
 
Satu kelebihan PepNews, menurut saya, karena media ini rela di-"miroring", atau tayang ulang dari tulisan yang dimuat Kompasiana dan medsos lain. 

Sesuatu yang selama ini dianggap "tabu" oleh penulis, karena bisa dituduh sebagai plagiat, meski sebenarnya hanya "copi paste" dari tulisan sendiri.


Mengenai kegiatan "Deklarasi Penulis Untuk Pemilu Damai", Kang Pepih memaparkan materinya terkait pentingnya peran penulis dalam menjaga suasana kontestasi politik. Terutama menjelang pesta demokrasi (misalnya jelang Pemilu 2024 sekarang ini) agar tercipta aman, nyaman dan damai.

Para penulis Indonesia, kata Kang Pepih, diharapkan mampu menyajikan hal-hal benar dan positif. Penulis tidak boleh hanya berkutat pada apa yang akan diperoleh atau menguntungkan diri sendiri, melainkan harus bisa memberi lebih demi kebaikan orang lain.

Selain Kang Pepih, hadir juga memberikan materi Zulfikar Akbar, wartawan dan peraih predikat Kompasiana of The Year, serta Elli Salomo aktivis 1998.

Nah, apakah perlu dibentuk kelompok lagi: "Penulis Untuk Pemilu Damai" menyongsong pesta demokrasi di Pemilu 2024? Silahkan berkomentar. Ditunggu!

Salam :  Nur Terbit

Selengkapnya klik link di bawah ini dari reportase video saat acara deklarasi "Penulis Untuk Pemilu Damai".... Semoga bermanfaat.


https://youtu.be/SGiyLDv8AK8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun