Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengalaman Belanja di Media Sosial

30 Desember 2016   21:02 Diperbarui: 31 Desember 2016   16:38 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja di media sosial (foto Nur Terbit)

"Sekalian belanja lagi di luar negeri untuk pesanan konsumen dalam negeri, hehehe...", katanya bersemangat. Padahal, dia melakukan semua bisnis onlinenya masih dengan konvensional. Artinya belum memanfaatkan sistem pembayaran yang memberikan jaminan keamanan.

BELANJA MELALUI MEDIA SOSIAL

Belanja melalui jaringan internet atau populer dikenal dengan sebutan bisnis online, saat ini semakin marak. Banyak situs atau website yang bisa menjadi pilihan.

Juga berbagai jenis produk yang mereka jajakan, menjadi salah satu daya tarik dari masing-masing bisnis online ini. Mulai dari situs spesial properti (rumah), automotif (kendaraan), wisata, kuliner, tiket pesawat (traveling), keluarga (parenting), busana (fashion), gaya hidup (life style), hingga jualan pulsa handphone.

Salah satu fenomena yang sedang digandrungi di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, adalah belanja online di media sosial. Berbagai online shop di media sosial muncul dan menawarkan berbagai barang dengan harga bersaing.

Belanja melalui internet memang mudah dan cepat. Pembeli dapat mencari dan melihat barang yang dibutuhkan hanya di smartphone saja, kemudian memesan dan membayar dengan cara transfer langsung ke penjual.

Namun, ada banyak hal yang dapat membuat proses belanja online menjadi tidak nyaman. Di antaranya muncul kekhawatiran tertipu, barang yang dikirim tidak sesuai pesanan, atau bahkan barang tidak dikirim sama sekali.

Saya sendiri punya pengalaman belanja online. Saya dan istri memesan pempers untuk cucu perempuan saya yang masih berusia 2 tahun. Istri dan anak mantu, lalu memilih ukuran dan warna pempers sesuai yang dipromosikan di online mereka.

Biar tidak repot lagi, kami lalu memutuskan memesan pempers dalam jumlah banyak untuk persediaan beberapa bulan ke depan. Nyatanya, ukuran dan warna pempers yang dikirim berbeda dengan yang dipromosikan. Pesanan pempers tersebut akhirnya mubazir. Namun setelah saya sudah mengajukan klaim, pengelola bisnis online tersebut akhirnya memperbaiki dan meningkatkan pelayanannya.

Saya dan keluarga pun lalu lebih sering memesan barang melalui media sosial. Apalagi setelah menemukan ada sistem pembayaran yang memberikan jaminan keamanan bagi konsumennya.

Contoh makanan kemasan yang dijual melalui bisnis offline (foto Nur Terbt)
Contoh makanan kemasan yang dijual melalui bisnis offline (foto Nur Terbt)
PILIH ONLINE SHOP TERPERCAYA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun