[caption id="attachment_301229" align="aligncenter" width="600" caption="Personil grup musik SLANK bersama Bunda Ifet (sumber foto : dokumentasi SLANK)"][/caption]
SIAPA di balik kesuksesan grup band SLANK? Tidak bisa dilupakan begitu saja seorang bernama Bunda Ifet. Wanita berkacamata dan selalu tampil memakai kerudung ini, memang selalu berada di belakang panggung. Dialah manajer Slank selama ini.
Bunda Ifet, adalah sosok ibu yang mengayomi, mendidik, membimbing anak-anaknya di kelompok musik "slenge-an" ini menjadi sukses di dunia musik Indonesia hingga ke mancanegara. Bahkan satu hal yang luar biasa dari perjuangan wanita berjilbab ini, beliau telah berhasil membawa Slank lepas dari jeratan narkoba.
Masih adakah obsesi di benak Bunda Ifet yang belum terwujud hingga saat ini? "Hanya satu lagi yang belum terwujud, yakni saya ingin agar semua personil Slank naik haji. Ya, semua nanti harus haji," kata bunda. Itu diucapkan Bunda Ifet dalam satu bincang-bincang khusus dengan saya, Agustus 2009, atau 5 tahun lalu usai tampil mengisi acara di stasiun Trans TV, Mampang, Jakarta Selatan. Saya waktu itu datang sebagai undangan seorang jurnalis dari Harian Terbit (Pos Kota Grup).
Bunda Ifet, selama ini, memang berperan besar melambungkan nama grup rock dari Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan ini. Peran Bunda memang tak dapat dipungkiri. Dialah yang mengatur jadwal manggung hingga membantu sejumlah personel Slank dari ketergantungan obat-obatan berbahaya.
"Mungkin kalau nggak ada Bunda, [Slank] mati atau masuk kantor polisi," ujar drummer Slank, Bimbim. Karena itu, sudah sewajarnya Slank berterima kasih atas jasa Bunda. Itu dibuktikan dengan diterbitkannya buku berjudul "Bunda Sayang" beberapa waktu lalu.
Buku itu berisi kisah pahit-manis Bunda selama menemani anak-anak Slank. Kegigihan Bunda membimbing Slank diakui Bimbim. Apalagi, Bimbim lahir dari rahim Bunda.
Berawal dari permintaan Bimbim Slank, Bunda Ifet sampai sekarang bertekad ingin bisa mengobati anak-anak muda secara total yang terlanjur memakai narkoba atau biasa disebut Junkis. Program pengobatan ini bernama Detox Drugs.
Apa yang dikhawatirkan Bunda Ifet, memang sangat beralasan jika dikaitkan dengan jumlah pengguna narkoba semakin hari semakin meluas.
Badan Narkotika Nasional (BNN) sendiri sudah memperkirakan ada sekitar 4 juta pengguna yang menyerahkan hidupnya pada narkoba dan masih belum direhabilitasi. Dari jumlah tersebut, 40 orang meninggal setiap harinya karena penyalahagunaan obat-obatan terlarang ini. Bahkan diperkirakan pada tahun 2015 nanti, pengguna narkoba akan semakin meningkat mencapai angka 5 juta.
Bukannya tak mungkin teman-teman kita, saudara-saudara kita yang diincar oleh para pengedar ini. Sekarang saja peredaran Narkoba sudah mulai menyasar ke berbagai golongan. Pejabat tinggi dan artis juga sudah menjadi pengguna.
Meski masih bisa dihitung dengan jari. Tapi mungkin juga ini jumlah yang tertangkap saja. Masih banyak pengguna lain yang masih belum terlacak.
Seorang teman blogger yang juga kebetulan adalah ibu rumah tangga, Waya Komala, pernah menyampaikan perasaannya melalui artikel yang ditulisnya. "Melihat kenyataan ini, saya merasa ngeri. Bagaimana mungkin orang-orang yang berpendidikan tinggi tidak mampu menolak untuk menggunakan narkoba," kata Waya.
Menurut Waya Komala, bila yang berpendidikan saja tidak bisa, bagaimana dengan orang-orang yang secara mental bukanlah orang yang kuat menghadapi masalah seperti remaja yang broken home, pergaulan yang cenderung negatif atau orang-orang yang mudah sekali terpengaruh buruknya lingkungan. Bisa dibayangkan begitu beratnya beban orang tua melindungi anak-anaknya dari jerat narkoba. Cukupkah pengawasan kita untuk membentenginya?
"Saya yakin, keresahan saya adalah keresahan Ibu-ibu lainnya juga, di seluruh belahan dunia," kata Waya Komala.
*******
[caption id="attachment_301230" align="alignright" width="200" caption="Bunda Ifet, wanita di balik kesuksesan grup musik SLANK (foto dok Slank)"]
Bulan Agustus 2009, atau 5 tahun lalu usai tampil mengisi acara di stasiun Trans TV, Mampang, Jakarta Selatan, saya bertemu Bunda Ifet lengkap dengan personil Slank. Waktu itu saya datang sebagai undangan seorang jurnalis dari Harian Terbit (Pos Kota Grup).
Saat itu anak asuhan Bunda Ifet ini duduk berderet dalam satu meja di depan sejumlah wartawan hiburan -- saya hitung2 ada tiga puluhan dari media elektronik plus kameramen -- Bunda Ifet terlihat hanya mengawasi dari kejauhan.
"Bunda Ifet,?" sapa saya sambil mengulurkan tangan bersalaman, saat peluncuran album baru Slank ketika itu: "Anthem For The Broken Hearted". Sang Bunda hanya manggut-manggut, sambil memainkan jemarinya di atas keypad handphone blackbery warna hijau.
Saat pertanyaan diajukan, bagaimana perasaan Bunda dengan suksesnya Slank menembus pasar rekaman di Amerika? Mulailah wanita yang pernah peraih penghargaan Perempuan PKS ini pun angkat bicara.
"Saya bangga, Slank akhirnya bisa go internasioanl," katanya. Kebetulan, Bunda mengaku ikut tour Slank di 15 kota di Amerika. "Bunda melihat, penonton bule sangat antusias, mereka sangat respon. Yang lucu, kata Bunda, saat menjelang pentas Slank, Bunda termasuk yang sibuk mempromosikan "album rock" berupa CD/DVD Slank ke para bule di sana.
"Awalnya, mereka cuek, eh habis nonton konser Slank, rame-rame minta beli. Wah asyik juga nih musik rock anak muda Indonesia, kata Bulenya," cerita Bunda sambil tertawa.
Berkaitan bulan Ramadhan, Bunda Ifet juga punya kebiasaan menyiapkan makanan buka maupun sahur untuk Slank. Selebihnya, Slank setiap bulan puasa pasti sibuk mengurus dapur rekaman.
"Untuk makan sahur dan buka puasa, nggak semua personilnya Slank saya urusin. Cuma Bimbim saja karena memang saya serumah, yang lain seperti Kaka, Ivanka, Ridho dan Abdee, di rumah mereka masing-masing," katanya.
******
Seperti diketahui, Slank adalah kelompok musik idola anak muda Indonesia. Bercerita dengan fakta sehari-hari
masyarakat. Banyak kritikan sosial disampaikan, tak terkecuali soal cinta dan asmara remaja. Salah satu album
yang diluncurkan Senin 24 Agustus 2009 pagi itu, bertepatan puasa hari ketiga, terkesan lebih religi meski ciri
khas Slank yang "slengean" masih terasa kental.
Lebih religi sekarang? "Akh, nggak juga," sergah Bimbim, salah seorang personil Slank. "Tiap hari mestinya religi,
tidak harus menunggu Ramadhan, bulan puasa," timpal Kaka, vokalis Slank didampingi personil lainnya, Ridho, Ivanka dan Abdee. Nampak juga Bunda Ifet, ibu sekaligus pengasuh Slank.
Menurut Kaka, sholat itu religi. Jadi, kata Kaka, kalau orang sholat dan mau dianggap religi, ya, tidak perlu harus pakai kopiah, jubah atau asesoris lainnya. "Tak perlu, sebab berhadapan dengan Tuhan, tidak perlu terikat model busana tertentu," kata Kaka.
Menurut Bimbim, yang bernama lengkap Bimo Setiawan Sidharta ini, sampul album Slank kali ketika itu (kaset maupun CD), masih dominan biru sesuai warna khas kelompok band rock Indonesia ini. Soal warna, juga tidak ada tujuan khusus, tak ada kaitan dengan warna bendera parpol tersendiri.
"Biru, ya biru Slank, hanya untuk membedakan dimana dan kapan diluncurkan," kata Kaka. Warna biru dipilih karena diluncurkan di Indonesia. Di Amerika warna merah, mungkin nanti di Malaysia pakai warna Hijau? Atau di negera lain dengan warna yang lain pula. Bisa saja.
Album AFTBH ini, dirilis dalam bahasa Inggris. Dibuat Juli-Agustus 2008, di Los Angeles, Amerika. "Tidak ada arti lain, hanya untuk membedakan saja. Nantinya di negara-negara lain kemungkinan juga akan memakai warna beda," terang Bimbim.
Latar belakang cover album bertajuk "Anthem For The Broken Hearted" (AFTBH) -- dirilis sejak tahun 2008 di Amerika -- memang terkesan lebih kental warna religinya. Coba saja, ada dua gambar kubah mesjid, sayap, dan aksara Jawa.
"Kubah masjid, yang disain Johar Prayudi, gambar sayap memberi kesan Slank terbang melintai benua, aksara Jawa karena berada di Pulau Jawa," kata Kaka. (*)
#IndonesiaBergegas
Salam
Nur TERBIT
Tulisan lainnya yang terkait narkoba :
http://nurterbit.com/2014/03/belajar-dari-kasus-narkoba-raffi-ahmad/
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/03/01/dapat-rezeki-dari-menulis-narkoba-636442.html
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/02/24/-nikmatnya-jadi-pecandu-narkoba-635224.html
http://nurterbit.com/2014/03/sosialisasi-anti-narkoba-melalui-seni-budaya/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H