Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suatu Hari Bersama Harmoko

14 Juni 2014   17:37 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:45 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami wartawan menggelar syukuran sebab “bos wartawan” seluruh Indonesia diangkat sebagai menteri. Jabatan langka di birokrasi bagi profesi wartawan, setelah sebelumnya wartawan senior Adam Malik, diangkat jadi Wakil Presiden RI. Acara syukuran terheboh, ya yang digelar di sebuah gedung berlantai dua mirip ruko, di Jalan Penghibur, Kota Makassar menghadap ke bibir Pantai Losari. Itulah kantor HARIAN TERBIT – POS KOTA Perwakilan Indonesia Timur.

[caption id="attachment_315256" align="alignright" width="300" caption="Awak redaksi HARIAN TERBIT pada acara temu kangen memperingati HUT ke 40 (foto : Bambang Tri)"]

14052220301440647267
14052220301440647267
[/caption]

Sekarang setelah 33 tahun berlalu, menjelang Harian Terbit peralihan menejemen baru per 1 Januari 2014 ini, saya tidak pernah bertemu lagi Pak Harmoko. Baik saat masih duduk di birokrasi, di legislatif maupun setelah “lengser keprabon”. Yang ada, ya hamper setiap saat saya melewati bekas ruangannya di Harian Terbit, meminjam satu ruangan di percetakan PT Metro Pos, di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.

Sekali waktu di awal tahun 2012, Pak Harmoko mampir ke Pulogadung untuk shalat jumat di mesjid PT Metro Pos. Saya sempat menyalami beliau. Setelah basa-basi menanyakan kesehatan beliau, saya beranikan memperkenal diri, “Saya Nur Aliem pak, bekas anak buahnya Bung Taher, Kepala Perwakilan Harian Terbit Makassar,” kata saya. Pak Harmoko masih menyisakan senyum khasnya, meski garis ketuaannya tak bisa disembunyikan.

[caption id="attachment_315257" align="alignright" width="300" caption=""Kontingen" gerak jalan HARIAN TERBIT memperingati Hari Pers Nasional berpose di areal Monas Jakarta, 1985, nampak berdiri di tengah berkacamata Tarman Azzam yang ketika itu masih wartawan istana (terakhir sebagai Pemred) bersama redaktur Zaidin Wahab, penulis cerita silat Betawi, saya sendiri berdiri paling kanan (foto dok: Nur Terbit)"]

14052222322032327628
14052222322032327628
[/caption]

Itulah secuil kesan saya dengan HARMOKO dan HARIAN TERBIT, seperti judul tulisan ini. Bagi orang lain, mungkin tidak ada artinya, tapi bagi saya sangat berkesan sebab melalui HARMOKO dan HARIAN TERBIT-lah saya menemukan dunia bernama kedua bernama dunia wartawan. Pengalaman yang sangat mahal.

Salam
Nur TERBIT
Tulisan lain  :
www.nurterbit.com
www.nurterbit.blogspot.com
twitter: @Nur_TERBIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun