Terlebih ketika generasi penerus kita sudah tidak lagi memiliki kebanggaan dan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negaranya sendiri sehingga lahirlah komunitas, kelompok maupun organisasi yang justru melawan dan menunjukan kebencian terhadap negeri dan bangsanya sendiri. semua kengerian ini sudah seharusnyalah menjadi bahan pikiran siapapun yang menjadi guru sebagai komponen bangsa yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pendidik dan filterisasi budaya asing, dengan tidak mengesampingkan tugas dan kewajiban pemerintah, orang tua dan masyarakat sebagai trilogy pendidikan yang setiap bagian memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Pada bagian akhir tulisan ini mari kita rengungkan wasiat seorang Umar bin Khatab ra, yang pada 14 abad yang lalu pernah memberikan pernyataan yang sangat terkenal :
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”
Suatu pernyataan yang seolah sangat sederhana, tetapi memiliki aplikasi yang cukup rumit di dalam pelaksanaannya. Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 14 abad yang lampau, dengan 40-50 tahun yang lalu saja dengan kondisi di Indonesia, tantangan di dalam membesarkan dan mendidik anak-anak sangatlah berbeda.
Siapapun kita yang mencintai generasi negeri ini khususnya yang telah memilih profesi guru sebagai salah satu pilihan hidupnya mari senantiasa saling menasihati dan menjaga semangat, spirit, cita-cita serta harapan terbaik kita untuk menyelamatkan sekaligus melahrikan generasi terbaik negeri ini, jangan pernah terlalu berharap pada siapapun berharaplah dahulu pada diri kita sendiri selebihnya bertawakallah pada Alloh. Sehingga jika esok atau lusa kita harus mati maka berharaplah kita mati saat kita mencintai generasi negeri ini, saat kita mencintai negeri ini, dan saat kita mencintai amanah dan profesi guru ini. Bravo Pendidikan Indonesia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H