Mohon tunggu...
Dadang Sukandar
Dadang Sukandar Mohon Tunggu... -

Penulis dan Praktisi Hukum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Danau Larson"

15 Desember 2011   06:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabam menunjukan bukti-bukti itu ke hadapan Sudarpo: tiga pesan blackberry mesanger dari Lucas kepada Kandil. Pesan pertama isinya soal janji makan malam yang dibatalkan, sementara pesan keduanya memberikan penjelasan yang lebih terang: bahwa pembatalan itu dilakukannya karena Lucas harus meeting mendadak dengan calon nasabah asuransinya yang potensial. Dalam pesan kedua itu Lucas juga menolak tuduhan Kandil kalau ia berkencan dengan kliennya itu, seorang sekretaris perusahaan tambang batubara yang berniat mengasuransikan tongkang-tongkang perusahaannya. Dan karena Kandil tetap tak mau percaya, maka pesan ketiga dari Lucas bernada ancaman: putus hubungan.

“Tapi itu hanya motif, Bam!” sela Sudarpo. “Motif pembunuhan korban-korban sebelumnya juga kau bangun dengan konstruksi semacam itu, dari hubungan romantis yang berakhir pada pembunuhan tragis, dan hasilnya? Kita butuh bukti langsung yang mengarah pada tersangkanya, Bam!”

“Justru pesan-pesan itu adalah motif yang paling mendasar atas pembunuhannya, Pak,” jelas Sabam. “Dua korban sebelumnya juga seperti Kandil, bertengkar dengan pacar-pacar mereka sebelum dibunuh. Saya tidak sedang menuduh Lucas, Pak. Lucas hanyalah alat supaya pembunuhnya dapat dengan mudah mempengaruhi korban.”

“Maksudmu?”

“Pembunuhan gadis-gadis itu polanya hampir sama, memanfaatkan situasi korban untuk mendekatinya. Ada pelaku tunggal yang mengaitkan ketiganya, dan yang jelas dia bukan pacar-pacar para korban. Saya bersama tim sedang intensif menelusuri ketiga kaitan itu, Pak.”

“Kapan kau akan memberikan nama tersangka itu?” tanya Sudarpo tembak langsung. “Kasus ini sudah tiga bulan bergulir dan bahkan tanda-tanda pelakunya saja kita tak punya.”

“Beri kami waktu, Pak, tiga minggu lagi, kami pasti mengungkapnya! Saya dan tim mungkin tidak sempurna, tapi kami akan membongkar pembunuhan ini,” Sabam meyakinkan.

“Dua minggu, Bam!” tegas Sudarpo. “Kuberi kau waktu dua minggu lagi, berikan aku nama tersangka itu. Ini sudah pembunuhan ketiga, dan media mulai intesif mengejar kita.”

“Baik, Pak! Dua minggu lagi nama itu akan sudah di meja Bapak!” janji Sabam tanpa tawar-menawar lanjutan.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun