Mohon tunggu...
Dadang Sukandar
Dadang Sukandar Mohon Tunggu... -

Penulis dan Praktisi Hukum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Danau Larson"

15 Desember 2011   06:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabut yang menggantung di atas permukaan danau adalah kabut siang tadi yang mengendap. Malam itu cahaya bulan yang jatuh ke danau menembusi kabut itu dan membuat permukaan danau nampak keperakan dan tenang, sementara pohon-pohon karet yang siang tadi berdiri tegap-tegap mengelilingi danau  hanya tinggal bayangan siluet tanpa rupa, membiarkan katak-katak yang berlompatan bebas berkoar meramaikan malam. Dan di semak-semak pinggir danau, tergeletak di antara sela-sela pohon karet, mayat seorang gadis yang bertelungkup di atas rumput lembab sedang digerumuti lalat. Mayat gadis itu tanpa busana dan mulutnya disekap lakban, sementara kedua tangannya tersimpul erat tambang plastik di belakang pinggang.

*

Pembunuhan Berantai

Danau Larson adalah danau kebanggaan para mahasiwa Universitas Mahameru, dan saking bangganya mereka telah menjadikan danau itu icon kampus. Danau itu memanjang tepat di tengah areal kampus dan dikelilingi taman-taman rumput. Di pojok-pojoknya danau itu dipagari hutan karet dan di beberapa titik nampak semak belukar. Jika seluruh fakultasnya digabungkan, luas kampus itu hampir sama dengan luas satu kelurahan. Nama danau Larson sendiri diambil dari nama seorang dosen tamu asal Belanda yang hampir separuh hidupnya mengabdikan diri pada kampus Mahameru, Profesor Linda Larson. Awalnya danau itu tak dikenal, namun sejak sering keluar masuk berita koran dan televisi karena pembunuhan berantai, danau itu kini naik daun.

Headline news di beberapa stasiun televisi siang ini memberitakan bahwa mayat yang ditemukan di danau Larson pagi tadi bernama Kandil Sriniti, mahasiswi psikologi semester lima. Mayat yang ditemukan seorang pemancing itu adalah korban ketiga dari seri pembunuhan di danau Larson. Dua kasus pembunuhan sebelumnya berselang masing-masing satu bulan dan mereka ditemukan dengan berbagai posisi, ada yang mengambang di danau dan satu lagi terikat di pohon karet. Tiga bulan belakangan pembunuhan-pembunuhan itu telah menyita perhatian media dan nyaris mengalahkan berita-berita politik tentang suara pemilu yang digelembungkan.

Korban pertama yang ditemukan hampir tiga bulan lalu bernama Rizka Fatikasari, mahasiswi hukum semester tiga. Saat ditemukan mengambang di tengah danau mayatnya juga tanpa busana. Ketika seorang pemancing menemukannya mayat itu diperkirakan sudah tiga hari membusuk. Waktu itu kail pancingnya yang dilemparkan ke tengah danau menyangkut di sela-sela rambut mayat yang tertelungkup mengambang. Saat tubuh mayat itu berhasil diseret ke tepi danau, pemancing itupun nyaris pingsan.

Hingga kini kasus Rizka masih gelap, polisi belum juga menemukan petunjuk sang pembunuhnya. Sabam Situmorang, penyidik yang menangani pembunuhan itu, awalnya mencurigai Brian, mahasiswa program pertukaran pelajar asal Kanada teman dekat Rizka. Sabam dan timnya segera melupakan satu-satunya kandidat tersangka itu ketika tak satupun bukti mengarah padanya.

Setelah Rizka korban keduanya adalah Schandra, mahasiswi biologi semerter lima. Mayatnya ditemukan berdiri, terikat tambang plastik di sebatang pohon karet. Saat ditemukan mayat itu juga tanpa busana. Di beberapa bagian tubuh mayat itu ada memar-memar bekas penganiayaan, dan paling parah memar itu di belakang kepala yang nampakanya bekas pukulan benda tumpul – juga di sekitar betis dan paha terdapat luka bakar yang diperkirakan sundutan rokok. Namun, seperti juga pada mayat Rizka, tak ada bekas sperma atau vagina rusak sebagai jejak-jejak pemerkosaan.

Awalnya penyidik Sabam mencurigai Yono, pacar Schandra. Pada hari pembunuhan Schandra mereka berdua sempat bertengkar. Mereka cek-cok mulut sebelum akhirnya Schandra perlu menampar Yono dengan sendal jepit, yang katanya sebagai hadiah perselingkuhan Yono dengan teman satu kos Schandara yang disebutnya pelacur. Kecurigaan Sabam pada Yono ditarik kembali karena lagi-lagi tak ada bukti kuat yang menggiringnya ke sana.

“Fakta baru apa yang kau temukan?” tanya Sudarpo, kepala unit kriminal umum atasan Sabam.

“Ada beberapa pesan di blackberry-nya yang patut dicurigai,” lapor Sabam. “Menurut pemeriksaan messanger di BB-nya, pada hari pembunuhan itu Kandil bertengkar hebat dengan seorang pria yang bernama Lucas, pacarnya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun