Paradigma baru, sering kita dengar kata itu terutama bagi seorang pemimpin perusahaan atau para birokrat-birokrat dengan program-program perubahan pola pikirnya yang katanya untuk kemajuan perusahaan atau instansinya.
Â
Paradigma secara gampangannya menurut orang kecil seperti kita mungkin semacam perubahan, gak jelas ke arah baik atau malah menghancurkan ?
Â
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku.
Â
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
Â
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik).
Ada yang mengelitik hati saya saat ada yang mengatakan "Paradigma Baru",... ketika itu ada pencari kayu bakar di hutan, ketika dicegat petugas dan diperiksa dengan tuduhan adalah kayu-kayu itu merupakan hasil nebang pohon, trus terjadi dialog kira2 sbb :
Â
PKb : Saya gak nebang pak Polhut, dapat nemu kayu roboh yang ditebang orang, gak tahu yang nebangnya siapa
Polhut : bohong, kemarin ditebangnya sama bapak nya ? trus sekarang diambil ?
Pkb : Sumpah, bukan saya
Singkat cerita lain waktu petugas memergoki pencari kayu bakar tersebut sedang menebang pohon dan langsung ditangkap, terjadi dialog :
Polhut : Nah kan bapak yang nebang ? mau ngebohong ya, hayo ikut ke kantor polisi ?
PKb : maaf pak, soalnya susah cari kayu bakar kering di hutan,... jadi terpaksa nebang, buat masak pak ! Maklum orang miskin.
Polhut : Kenapa atuh caranya begitu ? sama aja mencuri pohon !
PKb : ya disini mah sekarang modusna begitu pak,... paradigma baru
Polhut : Apa paradigma baru itu ?
PKb : rubah cara pak ?
Maksud penulis mengutip dialog diatas adalah ingin menyampaikan bahwa paradigma baru yang diusung oleh siapapun itu tetap tidak boleh melanggaran aturan-aturan yang ada sepanjang aturan tersebut belum dirubah.
Seorang pemimpin bila mengenalkan "PARADIGMA BARU" mestinya mengenalkan konsep dulu, setelah itu baru mengeluarkan kebijakan tentang perubahan itu untuk selanjutnya baru disosialisasikan sebagai PARADIGMA BARU yang harus diikuti oleh seluruh komunitas perusahaannya.
Sebaliknya PARADIGMA BARU itu dijalankan dengan tanpa dasar apapun tetapi komunitas perusahaan harus memahami paradigma-nya itu, itu namanya KESEWENANG-WENANGAN / tidak jauh beda dengan DIKTATOR. Sementara peraturan-peraturan yang mengikat masih tetap ada dan harus dijalani oleh komunitas perusahaan sehingga akan terjadi tabrakan antara peraturan yang masih berlaku dengan paradigma baru yang belum jelas arahnya dan payung hukumnya tersebut. Apalagi di perusahaan BUMN bukan perusahaan pribadi.
Â
Seorang pemimpin mempunyai pembantu-pembantu berbagai bidang sebagai sarana untuk menyerap saran dalam mengambil sebuah kebijakan dan harus memahami kebijakan yang lebih tinggi dari kepemimpinan ybs.
Â
Bagaimana menurut anda ?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H