Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang desa. Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw. walang kayu), yang besar berwarna kecoklatan, dan ulat-jati (Endoclita). Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi hari ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat untuk membentuk kepompong (Jw.ungkrung). Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan dan dimakan.
Perlunya memikirkan kelanjutan pengembangan pohon Jati
Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya. Namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan keseimbangan antara penyediaan kayu jati dan kebutuhan industrinya menjadi tidak seimbang. Dua upaya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut :
1. Memperpendek daur
2. Menanam klon unggulan yang tumbuh lebih cepat.
Lambat tapi pasti akhirnya klon unggul jati terbaik didunia (JPP) telah diketemukan oleh para rimbawan Puslitbang Perhutani yang telah dengan tekun dan tanpa mengenal lelah menjalankan tugasnya.
Pengujian selama 5 tahun adalah sama dengan 1/3 dari daur jati 15 tahun Secara kebetulan kurva sigmoid ( kurva pertumbuhan jati ) meningkat sampai dengan umur 10 – 15 tahun. Artinya bila dibiarkan lebih tua lagi berarti perolehan kayu karena pertumbuhan jati tiap tahun akan berkurang. Bila daur ditetapkan berdasar ”pertumbuhan maksimal” yang dipakai (15 tahun) maka pemakaian klon terbaik yang telah diketemukan menjadi paling kompetitif.