"Siapa yang di Swab Test Sabtu kemarin?"seorang rekan bertanya padaku pagi ini.
Memang kantor sedang viral. Pimpinan utama dan keluarganya terpapar virus Covid-19. Mereka kini dikarantina di rumah sakit daerah. Awalnya sang istri dinyatakan positif Corona karena bersentuhan langsung dengan sang adik yang terlebih dulu terkena Covid-19 dan terus menyebar. Â
Sang Pimpinan kantor sendiri sudah lebih tiga minggu tidak masuk kantor karena terlebih dulu sakit akibat kecapekan berolahraga dalam rangka Porseni HUT ke-75 Kemerdekaan RI jauh sebelum istrinya dinyatakan positif Corona.
"Saya ikut di tes,"jawabku.
"Apa yang di tes?"tanyanya kembali.
"Ambil lendir di lidah bagian dalam didekat tenggorokan dan di kedua lubang hidung."
"Abang pasti positif,"tuduhnya yakin.
"'Kan hasil tesnya belum keluar?"heran aku bertanya,"Manalagi seminggu yang lalu, seluruh pegawai sudah di Rapid Test dan hasilnya semua negatif. Padahal pegawai sini lama tidak ada yang kontak lagi dengan Pimpinan?"
"Ini konspirasi, Bang,"masih yakin dia berucap."Bukan tentang terkena tidaknya virus Corona."
"Oh ya?"Timbul minatku mendengar kata konspirasi yang diucapkan adik angkatanku itu.
"Ini masalah anggaran, masalah uang, masalah pendapatan,"ujarnya semakin bersemangat."Semakin banyak warga dinyatakan positif Corona, makin banyak uang yang diterima untuk penanggulangannya. Ini peluang bisnis baru."
"Jadi, masyarakat yang di tes, biar pun hasilnya negatif, pasti dinyatakan positif Corona. Aku yakin itu. Itulah konspirasi itu,"lanjutnya lagi.
Waduh! Sebegini sadiskah pendapat  yang beredar di masyarakat? Apakah masalah konspirasi ini dipercayai oleh mayoritas masyarakat? Padahal aku yakin pemerintah sudah maksimal melakukan tindakan yang terbaik. Hanya karena pola hidup masyarakat yang menganggap enteng permasalahan, maka pengidap Covid-19 kian hari kian bertambah.
Kebiasaan di negeri ini, masyarakat baru akan tergerak ketakutan  apabila dia yang bersangkutan, keluarganya, atau lingkungan sekitarnya ada yang terinfeksi Corona. Itu baru aku yakin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H