Perguruan tinggi tertentu mungkin mengganti skripsi dengan tugas akhir yang lebih inovatif dan kreatif, seperti proyek desain, startup bisnis, atau karya seni. Ini dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif dan berkontribusi lebih aktif dalam menciptakan solusi nyata.
3. Penekanan pada Keterampilan Praktis
Beberapa perguruan tinggi mungkin berpendapat bahwa mahasiswa perlu lebih banyak mengembangkan keterampilan praktis yang sesuai dengan bidang studi mereka daripada menulis skripsi. Ini mungkin terutama berlaku dalam jurusan-jurusan yang lebih terkait dengan keahlian teknis atau profesi tertentu.
4. Kemajuan Teknologi
Dalam era digital, sumber daya penelitian dan informasi telah menjadi lebih mudah diakses oleh mahasiswa. Ini mungkin mengurangi urgensi untuk meminta mahasiswa menulis skripsi sebagai bukti kemampuan penelitian, karena mereka dapat mengakses sumber daya secara online dengan lebih mudah.
5. Mengurangi Beban Mahasiswa
Skripsi seringkali merupakan tugas yang memakan waktu dan melelahkan, yang bisa menambah beban psikologis bagi mahasiswa. Menghapusnya dapat membantu mengurangi tekanan akademis dan memberi mahasiswa lebih banyak waktu untuk fokus pada kegiatan lainnya.
6. Evaluasi Efektivitas Pendidikan
erguruan tinggi mungkin melakukan evaluasi terhadap efektivitas skripsi dalam mempersiapkan mahasiswa untuk dunia kerja. Jika ternyata skripsi tidak memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan atau kesiapan kerja mahasiswa, institusi tersebut mungkin memutuskan untuk menggantinya dengan pendekatan pendidikan yang lebih cocok.
7. Peningkatan Fokus pada Praktek
Beberapa institusi pendidikan mungkin lebih menekankan pengalaman praktis atau kerja lapangan daripada penelitian teoritis. Dalam kasus ini, penghapusan skripsi bisa memberikan kesempatan mahasiswa untuk lebih fokus pada magang, proyek lapangan, atau pengalaman kerja yang lebih langsung terkait dengan bidang studinya.