Sebuah jurnal penelitian yang dimuat di salah satu jurnal obat- obatana inggris pada tahun 1996 telah menginformasikan paling tidak beberapa kekhawatiran atau ketakutan tersebut.Â
Di dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa kacang kedelai yang mengandung kacang Brazil dapat memicu alergi pada para konsumen kedelai yang sensitive pada kacang brazil. Karena penemuan itulah jenis kacangtransgenik tidak pernah dipasarkan.
Dari sisi ekonomi kekhawatiran komoditas pertanian hasil rekayasa genetika memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa.Â
Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional.Â
Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
Ya, setiap teknologi seperti pisau bermata dua, tetap diperlukan kehati-hatian dalam penggunaanya dengan prosedur yang jelas, tepat dan pengawasan diperlukan dari berbagai pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H