Banyak alasan mengapa minyak sawit lebih layak menggantikan minyak kedelai dan minyak sayur lainnya. Tanaman kedelai adalah adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti minyak
nabati, kecap, tahu, dan tempe. Tanaman sejenis ini tidak produktif untuk memproduksi oksigen, sedangkan kepala sawit sangat rakus menhisap karbon dan memproduksi oksigen. Sehingga untuk mendapatkan minyak kedelai tidak seekonomi minyak sawit.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelapa sawit tumbuh lebih baik di Malaysia dan Indonesia akibat pasokan sinar matahari yang relatif lebih banyak.
Ongkos produksi minyak sawit yang lebih rendah mengakibatkan minyak kedelai tidak mampu bersaing. Secara kualitas minyak sawit lebih unggul dari minyak kedelai. Kandungan Trans Fatty Acid (TFA) yang berbahaya bagi kesehatan yang ditemukan diminyak kedelai telah mendorong konsumen beralih ke minyak sawit yang bebas TFA. Harga yang lebih mahal dan keamanan yang belum dapat dipertanggungjawabkan pada minyak kedelai inilah yang menyebabkan pasar lebih tertarik untuk membeli minyak
sawit yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Tidak dapat dihindari, dominasi minyak kedelai akhirnya tergeser oleh minyak sawit. Pada tahun 2004 produksi dan konsumsi minyak sawit melampaui volume minyak kedelai, 2 tahun lebih cepat dari perkiraan
semula.
Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa minyak sayur dari CPO terbukti tidak membahayakan kesehatan. Tanaman kelapa sawit dijamin tidak merusak lingkungan. Kampanye negative Uni Eropa tidaklah tulus untuk memerangi pemanasan global tetapi
justru jahat dan akan memicu penanaman pertanian kedelai yang tidak memiliki kemampuan menghasilkan oksigen, dan justru menghabiskan lahan hutan. Â Indones penghasil minyak nabati terbesar di dunia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton per tahun. Sawit memiliki potensi ekonomi yang besar bagi Indonesia.Â
Mana yang akan anda pilih? Semuanya berpulang kepada anda sebagai konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H