Mohon tunggu...
Dadang Gusyana
Dadang Gusyana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Regional Agronomist

Writing, Training and Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Amankah Mengkonsumsi Minyak Sawit?

21 Desember 2023   13:26 Diperbarui: 21 Desember 2023   14:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoferol pertama kali ditemukan tahun 1922 sebagai salah satu faktor anti ketidak suburan (anti-infertilitas). Lebih lanjut dijelaskan oleh vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari campuran dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan d), pada manusia a-tokoferol merupakan vitamin E yang paling penting untuk aktifitas biologi tubuh. Bentuk vitamin E ini dibedakan berdasarkanletak berbagai grup metil pada cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan
rantai cabang.

Sedangkan fitosterol adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai struktur mirip kolesterol. Secara alami fitosterol dapat ditemukan di dalam sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol yang memasuki aliran darah.
Di samping itu keunggulan minyak sawit sebagai minyak makan adalah tidak perlu dilakukan parsial hidrogenasi untuk pembuatan margarin dan minyak goreng (deep frying fat), trans-fatty acid rendah, dan unit cost murah.

Minyak Kedelai

Dari tempointeraktif disebutkan bahwa para ilmuwan telah menemukan lemak jenuh, yang bisa ditemukan dalam makanan seperti krim, keju, dan mentega, buruk bagi jantung. Minyak kedelai pernah dilirik untuk menjadi pengganti yang lebih sehat . Tetapi minyak
kedelai akan rusak bila dipanaskan. Selain itu juga harus melalui proses hidrogenasi agar minyak tetap stabil. Hidrogenasi ini membuat minyak memproduksi lemak trans. Lemak trans ini juga buruk dampaknya bagi jantung. Kini, sebuah tim peneliti Universitas Missouri, Amerika Serikat, telah mengembangkan kedelai yang menghasilkan minyak yang secara alami rendah lemak jenuh dan trans. Menurut Kristin Bilyeu, seorang peneliti pada Pusat Riset Pertanian USDA di Sekolah Pertanian, Makanan, dan Sumber Daya Alam Universitas Missouri. Timnya mencari minyak yang dampaknya baik bagi jantung dan layak secara ekonomi untuk
dikembangkan.

Bilyeu menemukan, asam oleat yang merupakan komponen dalam minyak yang stabil dan bukan merupakan lemak jenuh. Asam ini tak perlu proses hidrogenasi, yang menciptakan lemak trans. Asam oleat merupakan komponen utama minyak zaitun, tetapi
bukan merupakan suatu komponen utama dalam minyak kedelai. Minyak Zaitun terbukti baik bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. "Kami berusaha mengembangkan kedelai yang menghasilkan asam oleat dalam kacang," kata dia. Melalui prosedur
penyerbukan alami, Bilyeu dan Grover Shannon, profesor ilmu tanaman di Universitas Missouri, mengembangkan minyak kedelai yang sangat tinggi kadar asam oleat, yang tak hanya stabil, tapi juga lebih sehat.

Pembiakan alami ternyata meningkatan kadar asam oleat dalam kacang dari 20 persen menjadi 80 persen dan menurunkan jumlah lemak jenuh dalam sebesar 25 persen. Selain itu, karena minyak yang baru lebih stabil dan tidak memerlukan proses hidrogenasi.

Selanjutnya dari penelitian ini akan diuji coba ditanam di iklim yang berbeda apakah kedelai ini akan membuahkan hasil ekonomis yang sama. Hasil sementara terlihat menjanjikan. Menurut Bilyeu, produk sampingan dari penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi
kesehatan, tapi juga menarik bagi pasar biodiesel. Tingginya jumlah asam oleat memberikan minyak kedelai karakteristik tertentu yang membuat itu baik untuk biodiesel.

Dari indobic.or.id diberitakan minyak kedelai dengan tingkat asam oleat yang lebih tinggi menjadi lebih sehat karena menghilangkan kebutuhan hidrogenasi yang menciptakan lemak trans. Pioneer Hi-Bred berharap menjadikan produk ini tersedia bagi konsumen
sebagai Plenish di tahun 2012. Tanaman biotek tersebut juga telah mengurangi 20 persen lemak jenuh melebihi komoditas minyak kedelai.


Plenish diharapkan menerima persetujuan regulator AS akhir tahun ini, menjalani uji minyak dan uji coba lapangan pada tahun 2011, dan akhirnya dikomersialisasikan pada tahun 2012. "Perbaikan kualitas minyak tersebut hanya merupakan separuh dari tantangan. Kita juga harus mengembangkan varietas oleat tinggi yang menghasilkan sama seperti  kedelai konvensional sehingga para pengusaha akan berkeinginan menanam mereka,"  ujar ilmuwan peneliti Susan Knowlton. "Kami sangat senang dengan apa yang telah kita lihat sejauh ini bagi kualitas dan hasil minyak dalam uji lapangan."

Minyak Sawit vs Minyak Kedelai

Indonesia Voice.com menyebutkan persaingan perdagangan minyak sawit dengan minyak kedelai benar-benar menjadi tidak sederhana. Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia yang memproduksi minyak sawit harus bersaing dengan Eropa yang
memproduksi minyak kedelai untuk merebut pasar yang sama, yaitu pasar minyak nabati. Tentunya pada segmen pasar yang sama. Pada masa yang akan daang produksi minyak nabati CPO dari Indonesia dan Malaysia mampu menguasai 25 persen pangsa pasar
minyak nabati dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun