Entah kenapa, bagian-bagian yang paling gue suka dalam hidup gue, adalah saat gue nggak punya apa-apa. Aneh kan ya, tapi nyata.
Setelah reset pikiran gue selama sebulan di Yogyakarta, gue kembali ke Jakarta, menghadapi realita, realita bahwa saat ini gue adalah seorang pengangguran, gembel, dan nggak punya apa-apa. Beruntung gue tinggal di lingkungan yang nggak menuntut biaya hidup yang banyak, yang membuat gue bisa berhemat, bahkan pengeluaran harian itu hanya 20 ribu per hari. 10 ribu makan siang dan sisanya buat makan malam.
Gue juga mulai belajar untuk puasa senin-kamis (tuh kan hidup lebih berkah kalo lagi bokek hahaa), belajar mengontrol diri, dan berhemat, hidup se-simple mungkin, dengan 5 baju kaos, 2 celana jeans, 1 buah jaket, serta 2 pasang baju bola (Itupun sedikit robek dan bolong). Backpacker minimalis abiss...
Entah kenapa, gue lebih memilih untuk menikmati hidup ajaa, dikamar seharian hingga berbulan-bulan, bermodal Gadget, Laptop, dan Wifi gue fokus untuk mengembangkan passion gue, menjadi sangat idealis untuk bisa mengembangkan passion tersebut menjadi bisnis yang membuat gue memiliki kehidupan yang layak.
Sambil berkarya, memulai bisnis berbasis online, gue juga memperdalam ilmu gue dengan mengikuti berbagai online course seperti 3 kursusnya Guru Besar UI Prof. Rhenald Kasali mulai dari Change Management, Self-Driver, hingga The Art of StartUp.
StartUp, lagi-lagi StartUp, gue mulai jatuh cinta dengan dunia baru ini. Karena bagi gue, di zaman teknologi dan informasi yang sangat canggih ini, kita bisa ngembangin diri kita sesuai passion dan mempromosikannya secara digital, Digital Marketing istilahnya, sebuah strategi baru untuk mempromosikan bisnis kita ataupun Personal Branding kita.
Memulai dan perbanyak action hingga benar-benar ketemu jalannya, hidup berdasarkan passion, serta berbuat yang terbaik setiap harinya
Duhh, udah kejauhan ini gue curhatnya, semakin pusing dan boring karena bahasanya lurus-lurus aja. Iya lurus-lurus aja sehingga bisa-bisa nabrak dinding ataupun masuk jurang.
Kembali ke headline, jalan hidup gue yang penuh keajaiban ini bermula ketika gue, dengan modal sisa tabungan, kemudian harus menjual motor, dan beban hutang bulanan yang harus dibayar per bulannya, nggak mau cari kerja karena sudah tau hasilnya, hingga akhirnya memilih untuk membangun bisnis berbasis online dari kamar, sendirian, eh tapi nggak tau mulainya harus darimana. Kacaauu dah, it is so complicated, untung aja gue orangnya batu dan gamau give up terlalu cepat. UUC, ujung-ujumgnya curhat.
Memasuki bulan ramadhan, gue sempat reset hidup gue, mencari ketenangan, dan membersihkan pikiran, Pesantren Darut Tauhid milik Aa Gym di Bandung menjadi pilihan gue. Kemudian gue pulang lebih awal ke kampung halaman di Riau, mampir sebentar di Pekanbaru untuk silaturahmi bareng temen-temen sekolah dan kuliah, serta balik ke kota kelahiran gue, Dumai.
Gue sengaja pulang lebih awal di Ramadhan agar dapet tiket lebih murah, dan secepatnya balik kerumah, agar bisa makan gratis serta berhemat. Lebaran 2017 gw ini juga penuh petualangan karena kami sekeluarga pulang ke kampung halaman Mama di Lintau Sumatra Barat, silaturahmi ketemu Nenek. Tak lupa juga kami sekeluarga explore Sumbar.
Tapii itu hanya sempat terlintas sesaat di pikiran, karena apa yang gue lihat realitanya, berdasarkan orang-orang seumuran gue disekeliling, gue akan bekerja sebagai pegawai honorer ataupun pekerja pabrik dikarenakan Dumai memiliki kawasan industri yang sangat besar, sesuatu yang bukan gue bangeett. Ada sih satu slot ditempat kerja Papa, tapi gue nggak mau pasrah sama nasib untuk bekerja nyaman dan mendapatkan warisan dari orang tua, nggak gue banget juga.
Karena yang ada di pikiran gue, gue harus mandiri secepat mungkin, berusaha sekeras mungkin, nggak gampang nyerah, serta merantau merubah nasib. Orang Minang dari garis ibu ini genk!!
Akhirnya gue putuskan untuk balik ke Jakarta, dengan modal seadanya. Gue beruntung karena bisa menghemat ongkos travel Dumai-Pekanbaru karena keluarga mengantar gue ke Pekanbaru, sekalian melepas adik gue juga yang balik kuliah ke Jogja.
Sesampainya di Pekanbaru, gue nebeng beberapa hari di kostan teman, berharap keajaiban. Terus terang gue ga tau gimana caranya balik ke Jakarta, karena uang pegangan gue gak cukup untuk membeli tiket pesawat kesana. Mulailah beberapa keajaiban dalam hidup gue.
Entah kenapa, tiba-tiba, orang tempat gue bekerja yang lama, butuh anggota, untuk visit beberapa spot yang ada di Medan. Hingga akhirnya gue dapet sedikit project ke Medan, lumayaan uangnya ditabung buat pegangan. Begitu kelar kerjaan di Medan, gue balik lagi ke Pekanbaru karena tiketnya sudah dipesan pp.
Dikarenakan gue pada saat itu sedang puasa syawal, sehabis berbuka seadanya, perut gue kembali lapar, beruntung gw ketemu temen lama yang kebetulan satu flight sama dia ke Jakarta. Gue sedikit ngiler ngeliat dia makan Roti O, dan ternyata dia ngeh kalo gue ngiler, dengan penuh empati dia langsung gercep membeli Roti O satu lagi, karena mungkin dia bisa baca dari raut wajah gue yang lagi kismin. Thanks bang, kebaikan lo bakal selalu gue inget, gumam gue dalam hati.
Begitu landing di Jakarta, fix pegangan gue Cuma 150 ribu saja!! Tidak lebih baik dari pertama kali gue merantau ke Jakarta, dengan pegangan 200 ribu dikantong.
Gue mulai bingung, apa yang harus gue lakuin. Akhirnya gue memutuskan untuk naik damri balik ke kost,
Sesampainya di kost, gak sampai 100 ribu sisa uang ditangan gue
Yuk baca cerita gue di dangkurexplorer.com.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI