Kalau Anda belum pernah mengalaminya, bersyukurlah dan mari kita jaga indera pendengaran kita, karena saya yakin kalian setiap hari pasti butuh mendengar, entah itu mendengar orang berbicara atau mendengar musik. Apalagi Anda yang profesinya sebagai musikus reguler untuk hiburan di club malam atau sejenisnya, yang tiap harinya membutuhkan telinga untuk mendengarkan materi lagu untuk dipelajari demi mengejar jadwal yang begitu padat.
Berkurangnya pendengaran dapat disebabkan oleh hal-hal lain juga, misalnya kebisingan yang melebihi batas kemampuan telinga. Peran telinga itu sangat luar biasa dan misterius. Namun terkadang telinga kita tidak pernah mendapatkan perhatian yang semestinya. Dilihat dari letaknya saja yang saling berjauhan.
Coba dibandingkan dengan yang lain. Hidung punya dua lubang, dia berjejeran. Mata terdiri dari mata kiri dan mata kanan, dia juga berdampingan, dan lainnya.Â
Mari kita kembali ke telinga, namanya sama-sama telinga, mengapa harus dipisah? terdapat telinga kanan dan telinga kiri, itupun letaknya saling berjauhan. Alasannya yaitu karena telinga kita di kanan dan di kiri harus menjaga gawang, dalam hal ini yang saya maksud gawang yaitu tubuh kita.Â
Hal ini nyata sekali pada binatang, bahwa telinganya menjadi penjaga keselamatannya, membuatnya lebih waspada dan siap terhadap bunyi-bunyi yang mencurigakan.
Begitu juga dengan kita manusia, telinga yang kita lihat sehari-hari dengan estetikanya yang luar biasa indahnya dengan kebersahajaannya itu secara misterius menyimpan suatu rahasia besar.
Ketika manusia masih dalam wujud janin, pendengarannya merupakan salah satu organ yang sudah berfungsi sejak dini. Dengan demikian si anak manusia itu cepat menangkap gelombang suara melalui cairan di sekitarnya, ada dunia lain di luar dirinya.Â
Nanti, jika dia sudah lahir kemudian menjalani hidup dan akhirnya sampai di suatu titik penghabisan, ketika tubuhnya sudah tidak berfungsi lagi, hanya tinggal pendengarannya saja yang masih menghubungkannya dengan dunia yang sudah demikian lama dikenalnya dan akan segera ditinggalkannya.Â
Pada saat itulah, dalam menghadapi sakaratul maut, ada tradisi membisikkan tuntunan ke dalam telinganya. Apakah ini berarti bahwa pendengaran merupakan awal dan akhir kesadaran manusia?
Penulis: Dadang Dwi Septiyan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H