Mohon tunggu...
Dadang Irwanto
Dadang Irwanto Mohon Tunggu... Guru dan AGEN MAJALAH ISLAMI -

Saya adalah Guru BTQ SD KP 02 PKL; Guru PAI SMA 3 PKL; Agen Majalah Islami Ar Risalah, Adzkia dan Hujjah dan Guru TPQ Darussalam klego pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malu Berubah Mulia

4 Juli 2015   01:56 Diperbarui: 4 Juli 2015   02:18 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aisyah menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah sedang berbaring di rumah. Saat itu kaki beliau tersingkap. Tiba-tiba Abu Bakar datang meminta izin bertemu. Nabi mengizinkannya, lalu beliau berbincang-bincang tanpa merubah posisi duduknya. Selanjutnya Umar datang, dan beliau tetap dengan posisi seperti itu. Lalu ketika Utsman datang, tiba-tiba Rasulullah shallallahu alaihi wasallam duduk dan merapikan pakaiannya.

Utsman masuk dan ikut berbincang-bincang dengan mereka. Setelah mereka keluar, Aisyah bertranya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Ketika Abu Bakar masuk, Anda tidak merapikan posisi, begitupun ketika Umar masuk, Anda tidak merubah posisi. Tetapi kenapa ketika Utsman masuk, Anda duduk dan merapikan pakaian Anda?” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

أَلاَ أَسْتَحِى مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ
“Tidakkah aku malu pada orang yang malaikat pun malu kepadanya?!” (HR. Muslim)

Allahu Akbar! Bahkan malaikatpun malu kepada Utsman.

 

Malu Berbuah Mulia

Riwayat di atas menunjukkan betapa bagusnya rasa malu Utsman radhiyallahu anhu, hingga dalam riwayat lain Nabi bersabda, “Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam kebenaran adalah Umar, dan yang paling bagus rasa malunya adalah Utsman.” (HR Tirmidzi, beliau mengatakan, “hasan shahih.”)

Ini menunjukkan bahwa sifat malu menjadi sifat unggulan dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat yang telah diberi kabar gembira sebagai ahlul jannah.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ، وَالْإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ
Malu termasuk keimanan dan Iman tempatnya di jannah.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan “shahih.”)

Alangkah butuhnya generasi ini akan sifat malu. Zaman di mana banyak orang yang bangga mempertontonkan kebodohannya, membanggakan dosanya, mengobral aib dirinya dan memamerkan auratnya. Zaman di mana pemilik muka tebal dan telanjang dari rasa malu justru menjadi figur-figur publik yang diidolakan. Sifat malu dipojokkan dengan imej yang tidak mengenakan; kurang gaul, cemen, polos, lugu dan berbagai istilah yang bermaksud menjatuhkan orang yang masih menjaga sifat malu. Inilah zaman di mana rasa malu telah terkikis nyaris habis, seiring dengan makin tipisnya keimanan yang berhubungan erat dengan rasa malu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun