Dari balik jendela kereta api
kulihat kelebat gedung, pepohonan, hamparan tanah
sawah-sawah bergradasi warnanya kuning menghijau
bagai karpet alam tersinar mentari terpandang hangat
--
kereta melaju membelah kabut yang terurai terburai
tampak gunung pegunungan berjaga di batas pandang diam
deru kereta meninggalkan jejak bayang di antara rimbun daun di luar jendela
rumah-rumah kecil berdiri seperti ingin memeluk yang pulang dari perjalanan
--
langit biru tampak berkisah tentang kebebasan
awan-awan berarak seperti lambang doa
mengiringi roda kereta api yang berputar melaju
membawa mimpi ke utara dan selatan
--
di kejauhan, burung-burung mengepakkan sayap saling bercerita
terbang rendah di atas tanaman padi yang berkilauan buahnya
seperti cermin alam merekam segala peristiwa
tawa dan duka terpantul tanpa suara
--
begitu banyak hal tak terucap
di setiap lintasan pintu kereta yang terlewat
dan aku, seperti penumpang waktu
menghirup alam, satu jendela, satu perjalanan
--
Jakarta, 14 November 2024
Nia Samsihono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H