Bahurekso memang santri
Bahurekso bukan priayi
Bahurekso lembah manah hadapi pribumi
Bahurekso jadi banteng ketaton melawan kompeni
-----
Bahurekso jago kampung
Selalu menang bertarung
Kokoh dalam pendirian
Cerdik dalam bertanding
-----
Sultan Agung terpukau melihat telaga
Sultan Agung menjaga wibawa
Sultan Agung tak dapat murka
Pada Bahurekso satria pantai utara
-----
"Anak pungut saya, Kakang.
Dia gemintang yang sangat kusayang
Dia berdarah ratu bagiku
Perempuan berani datangi lelaki
Saya bangga mendidik dia menjadi Wanita
Yang telah membuat saya tergelinjang bahagia."
-----
"KANJENG! Kanjeng!"
Pembayun lari mendekati Bahurekso
"Antarkan saya ke Natasha ya Kanjeng
Kemudian ke Gramedia
Lalu nanti ajari saya menjadi wanita
Kali ini di Hotel Muria saja
Ya, Kanjeng
Sebelumnya kita makan sate di Sriwijaya
Biar Kanjeng sekuat banteng
Saat mengajariku menjadi wanita"
-----
Ah, Pembayun
Lututku menjadi gemetar
Hati ikhlasmu secara tulus menerima aku
Orang pidak pedarakan ini sebagai bapak angkat
Yang telah ajari kamu nikmatnya menjadi Wanita
"Bukan itu, Kanjeng. Saya selalu memandang Kanjeng
dengan penuh kepercayaan"
-----
Pembayun telah menjadi gadis remaja
Badannya tinggi semampai. Cantik
Tubuhnya menggelinjang saat kuajari jadi Wanita
Dan dia percaya padaku tanpa bertanya
Dan dia selalu patuh padaku waktu kudusta
Beberapa kali dilamar lelaki
Tapi ia menolak
-----
Aku pura-pura membujuk
Agar Pembayun menerima lamaran laki-laki
Tetapi Pembayun selalu menggeleng
Pembayun bilang, bahwa dia ingin memilikiku sebagai suami
Karena dia suka ketuaanku atau karena dia suka kubohongi
Karena dia suka saat aku mendesah meremas-remas bawah perutnya
Karena dia suka saat aku menggelepar kelelahan di atas tubuhnya
Dan dia menyebutku pahlawan
Dia ingin melahirkan keturunan pahlawan pula
Bahurekso sendiri tidak mengerti
Apakah sebenarnya yang dicita-citakan anakangkatnya itu
-----
Pembayun tertawa berderai
Dia geli mendengar suara Bahurekso
Saat Bahurekso terkapar tanpa daya dan berkata
"Saya sudah jadi ela-elo. Bingung."
Pembayun masih tertawa
Bahurekso berkata dan selalu berkata
"Apakah kamu juga ela-elo, Pembayun.
Mengapa kamu selalu bingung dan menolak
Setiap lamaran dari laki-laki yang ingin menikahimu?"
Pembayun tertawa dan tertawa
Pembayun ingin kawin dan punya anak
Anak-anak yang dapat dibanggakan
Suami yang gagah perkasa, berani berjiwa pahlawan
-----
Bahurekso yang ini telah menjadi ayah angkatnya
Bajingan si pembual pengganti orang tua
Ayah angkat yang selalu memangku Pembayun
Dan kainnya basah di kelam senja
Karena tubuh Pembayun Sintal
Karena payudara Pembayun kenyal
"Ini kuajari kau jadi wanita!"
-----
Siapa pun akan tergiur
Bagai Bahurekso gadungan
Yang ditawari kesempatan
Membuat siapa pun menyuruk di selakangannya
"Mengapa saya harus marah? Bukankah kamu
Secara tulus telah menganggap aku sebagai pengganti orang tuamu?
Orang tua yang telah mengajarimu menjadi Wanita
Yang selalu mengajarimu cara mengelus sederhana."
Ah, ah Bahurekso selalu berkata dan berkata
"Biarlah orang melihat luarnya. Hubungan kita fana"
-----
Pembayun menundukkan kepala
Wajahnya merah tersipu
Sia-sia saja Bahurekso menunggu jawaban
Yang kemudian yang muncul hanya tawa
-----
Sayang, Bahurekso tidak segera menangkap artinya
Lelaki gagah perkasa itu ternyata kurang peka
Atau mungkin telah merangkak tua
Tidak mampu menyelami hati anak angkatnya
Saat Pembayun menenggelamkan wajahnya di dada Bahurekso
Dia benar-benar menunjukkan kasih sayang
Padahal Pembayun sendiri gemetar
Getaran tubuhnya bukan lagi getaran kerinduan
Seorang anak kepada orang tua
-----
Bahurekso menikmati
Bahurekso tenggelam dalam nafsu
Bahurekso Bagai banteng ketaton
Mengunyah daging mentah di hadapannya
Tanpa memikirkan martabatnya
Tanpa memikirkan janjinya
Tanpa memikirkan akibatnya
-----
Di luar kadipaten, malam terus merayap
Sementara di Kaliwungu
Ada yang termenung di pendapa
Yang selalu teringat kata-kata
Karena yang dipegang adalah kata
"Tubuh dan jiwaku hanya untukmu, Dinda"
-----
Dan kehampaan tak dapat terusir dalam smalam
Gerimis menderai di halaman
Pantaskah rindu itu untuknya
Pantaskah hidup itu untuknya
Pantaskah cinta itu untuknya
-----
Nia Samsihono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H