Pada tahun 1941 tercatat ada dua pegawai pribumi pertama yang bekerja di lembaga ini yaituRaden Soenoe Soemosoesastro dan Arie Frederik Lasut.Keduanya, adalah pentolan peserta Assistent Geologen Cursus (Kursus Asisten Geologi) yang kerap diselenggarakan Mijnbouw.
Selama masa pendudukan Jepang pada 1942-1945, semua sarana dan dokumen milik Mijnbouw diambilalih oleh Jepang dan menggati namanya menjadi Chisitsu Chosasho. Kantor Chisitsu Chosasho tidak dapat berbuat banyak karena ketiadaan tenaga ahli dan anggaran. Tenaga ahli Belanda pada awalnya masih dipertahankan tetapi kemudian diinternir, kecuali mereka yang diperlukan oleh Jepang.
[1] Lihat arikel Siti Maimunah, aktifis Jaringan Advkasi Tambang (Jatam) berjudul “Rakyat dan Lingkungan Mensubsidi Industri Tambang” di https://groups.google.com/forum/#!topic/greenaceh/js-YY5VWJ2U. Artikel ini pernah dimuat dalam Analisis JATAM edisi 10 Juni 2007.
[2]Lihat artikel “Sejarah Tambang Emas Salida, Pesisir Selatan” yang ditulis ahli Pernaskahan Suryadi Sunuri di : http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/328. Artikel ini pernah dimuat di Padang Ekspres, 6 September 2009.
[3]Lihat salinan putusan Mahkamah Konstitusi No 42/PUU-X/2012 di http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan_sidang_42_PUU_X_2012%20telah%20baca%2013%20Des%202012.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H