Mohon tunggu...
Daaniys Roffi Alexander
Daaniys Roffi Alexander Mohon Tunggu... Guru - Guru di TK Islam Terpadu Al Uswah Tuban

Hobi membacakan cerita, menyukai dunia anak-anak, dan sangat tertarik dengan kepenulisan. Selalu menggali potensi dan wawasan dengan pengalaman-pengalaman berharga. Karena banyak pengalaman membuat kita menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan menebar kebaikan. Experience is the best Teacher.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Itu Datang Lagi

28 Maret 2023   21:59 Diperbarui: 28 Maret 2023   22:06 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Buug..
"Suara apa itu ya... seperti ada yang jatuh". pikirku dalam hati.

Lalu..
Terdengar lagi
Tuk.. Tuk.. Tuk...

"Apaan sih,  bikin bulu kudukku berdiri... " lanjutku.

Baca juga: Lima Ratus Rupiah

Tak terasa ternyata malam mulai larut, ku lihat jam dindingku menunjukkan pukul 23.55 WIB.

Malam itu,  aku sedari tadi asyik merapikan baju-bajuku yang mulai banyak ditumpukan kasur. Karena aku tak mau anak-anakku terganggu tidurnya, maka aku bawa keluar kamar sambil menggelar karpet.  

Mereka sudah terlelap, tinggal aku yang masih sendiri dengan tumpukan baju dan mata yang masih sulit untuk terpejam.

Baca juga: Bu Guru Marina

Karena masih ada suara-suara yang mengganggu,  akupun bergegas mempercepat pekerjaanku malam itu.

Dan akhirnya selesai juga.
Cepat-cepat aku mengambil handphone ku. Lalu kucari aplikasi music,  ku pilih murrotal Al Quran untuk menenangkan pikiranku malam itu.

Setelah beberapa menit,  aku pun terlelap.

----------------------

Terulang kembali....

Suara itu lagi...
Aneh..
Ini kan siang hari,  masa ada itu....
Ah tidak... biasa nya malam kan.
Gumamku

Suara itu semakin kencang,  seperti pak tukang yang sedang memalu.

Membuat penasaran saja...

Aku berjalan perlahan-lahan seperti detektif melakukan pengintaian.

"Idih.. kalian yaa,  bikin gemes aja tau.." teriakku sambil ketawa melihat burung-burung kecil mematuk bambu bekas antena tivi kami yang dulu.

Burung pelatuk bukan sih namanya.
Ada juga yang nangkrik di pohon jambu.

Pohon jambu di pinggir rumahku berbuah lebat. Tak jarang burung,  kelelawar mampir dulu sebelum pulang. Hihihi..

Setiap pagi,  kami pasti menemukan remahan-remahan buah sisa di tanah. Buah yang sudah tua, ada beberapa yang tinggal kulitnya ada pula yang proses awal penggigitan.

Kami memang tidak membungkus jambu-jambu itu.  Kami memberi kesempatan kepada makhluk Allah yang lain untuk menikmati juga.  Tak jarang kami menemukan jambu yang ada ulat buah di dalamnya.

Ketika kami ingin,  kami ambil beberapa yang kelihatan ranum.  Buah sisa gigitan malah lebih manis.

Berbagi itu indah bukan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun