Berawal dari rasa penasaran karena seringnya melihat deretan ondel ondel di pos polisi Pasar Gaplok melalui jendela commuterline yang melaju dari Selatan menuju Stasiun Senen membawaku 'blusukan' sore itu di Kampung Pulo, Jakarta Pusat.
Di pemukiman padat sekitar Jalan Kembang Pacar dan Pasar Gaplok, Kampung Pulo ini aku baru mengetahui para pengrajin ondel ondel  berte drmpat tinggal, beberapa diantaranya menjadi seniman ondel ondel dan tergabung dalam sanggar kesenian Betawi.Â
Kurang lebih ada 4 sanggar kesenian Betawi di daerah ini.Sanggar Seni Betawi Mamit CS Â tercatat yang paling tua dan menjadi pelopor pengrajin ondel ondel di wilayah yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Ondel Ondel.
Sementara di sisi Jalan Kembang Pacar  sepanjang kurang lebih 130 meter dekat Pasar Gaplok berderet rangka bambu bakal ondel ondel dan menjadi etalase ondel ondel yang telah jadi.
Kata ondel ondel berasal  dari gondel gondel yang berarti berayun atau bergoyang. Benyamin S yang mempopulerkan istilah ini dalam lagunya yang berjudul Ondel Ondel yang dirilis tahun 1970.Ondel Ondel berasal dari masa pra Islam di tanah Betawi. Seorang pedagang asal Inggris, W. Scot, menuliskan dibukunya ondel-ondel sudah ada di tahun 1605.
Di masa itu digunakan sebagai sarana tolak bala, dengan cara mengaraknya keliling kampung diiringi bunyi bunyian dari alat musik ataupun benda (peralatan rumah tangga) Â yang dipukul oleh empunya rumah ketika arak arakannya lewat.Â
Perkembangan selanjutnya ondel ondel dianggap sebagai ucapan rasa syukur dan pelindung sehingga digunakan dalam upacara adat dan hajatan.
Pada saat itu ondel ondel dibuat agak menyeramkan dengan wajah raksasa yang bengis dan taring panjang keluar dari bibirnya. Di zaman gubernur Ali Sadikin, ondel ondel lebih di _manusiawi_ kan dengan menghilangkan taring dan dengan wajah tersenyum.
Informasi informasi di atas ku dapat dari mencari di internet, aku tidak puas. Sumber bacaan tentang ondel ondel pun sangat susah didapatkan.
Aku teringat pernah melihat seseorang memposting tentang ondel ondel di Instagram, aku mencarinya dan menemukan akun @davi_kemayoran. Aku mengirim pesan dan berjanji untuk bertemu.
"Kalo ngomongin ondel ondel, kite ngomongin barongan nih", dengan logat Betawi Tengahnya Bang Davi memulai pembicaraan di sebuah cafe di Kemayoran. Logat Betawi Tengah Bang Davi lebih banyak menggunakan akhiran  'e' pada ujung kata. Sedangkan Betawi Oro, huruf 'a' lebih sering digunakan. Contoh kalimat Betawi Tengah, "Ngape Tong" di Betawi Oro menjadi "Ngapa Tong"